Jurnalis Antara Terjaring Razia di Mesir

id Munawar Saman Makyanie, mesir, jurnalis

Jurnalis Antara Terjaring Razia di Mesir

Seorang wanita memegang poster presiden terguling Mohamed Moursi bertulis, "Ya untuk Dr Moursi, Tidak untuk Kudeta", saat lebaran Idul Fitri 1434 Hijriyah, di Kairo, Kamis (8/8). (Munawar Saman Makyanie)

Kairo (antarasulteng.com) - Aparat keamanan Mesir memperketat keamanan dengan merazia warga negara asing (WNA) termasuk wartawan Antara yang sempat ditahan selama sekitar tiga jam menjelang shalat Jumat (16/8) di Kairo.
   
Jurnalis Antara ketika itu hendak shalat Jumat di Masjid Al Azhar di Distrik Hussein dan sedianya berencana akan meliput aksi unjuk rasa pendukung presiden terguling Mohamed Moursi di Bundaran Ramses, pusat kota Kairo.
   
Namun, ketika melintas di Jalan Salah Salim -- salah satu jalan utama yang menghubungkan bandara internasional dan pusat kota Kairo -- Antara mengambil gambar barisan tank tempur.
   
Sebetulnya, jurnalis tersebut minta izin kepada seorang tentara di sekitanya untuk memotret pasukan tank tersebut, namun saat menjepret, seorang perwira berteriak dari jauh, "mamnu' tashwir" (dilarang motret) sambil berlari ke arah Antara.
   
Tanpa bertanya, perwira berpakaian tentara dan memegang alat komunikasi itu langsung menarik tangan jurnalis itu dan membawa masuk ke sebuah mobil patroli.
   
Di dalam mobil, sudah ada empat warga asing berkulit putih, dua warga Afrika dan seorang berwajah Arab.
   
Pewarta bernama Munawar Saman itu sempat bertanya kepada para warga asing itu, apakah mereka juga wartawan, namun seorang wanita bule yang duduk di sampingnya menjawab bahwa dia dan tiga temannya adalah turis, ditahan karena melanggar jam malam.
   
Ketika bertanya lebih lanjut, mereka dari negara mana saja, seorang petugas tiba-tiba membentak, "uskut!" (diam).
   
Petugas juga menyita telepon genggam sang jurnalis saat sedang menghubungi Atase Pertahanan KBRI Kairo Kolonel (Marinir) Ipung Purwadi, begitu pula kameranya.
   
Sebelum mobil patroli tentara yang mengangkut itu hendak berjalan, mata dan wajah beberapa orang ini ditutup dengan kain hitam.
   
Sekitar satu jam perjalanan, para penumpang diturunkan di suatu tempat, dan secara terpisah di ruang berbeda, mererka diinterogasi oleh petugas.
   
Seorang pria berpakaian sipil berwajah angker menginterogasi jurnalis Antara dengan beragam pertanyaan memojokkan.
   
Di ruang sebelah, terdengar suara bentakan keras oleh petugas berbahasa Arab.
   
Di sela-sela interogasi, tiba-tiba datang seorang pria berpakaian rapi dengan senyum ramah, meminta Munawar untuk ke ruang tamu.
   
"Mohon maaf, ini hanya salah pengertian saja. Bapak Munawar Saman Makyanie boleh kembali ke rumah", kata pria berdasi itu sambil menyerahkan telepon genggam dan kamera, tapi "memory card" kamera sudah dicopot.
   
Jurnalis itupun diantar kembali ke tempat semula, Jalan Salah Salim, dalam posisi mata dan wajah kembali ditutup dengan kain hitam.