Polda Akan Selektif Beri Izin Penggunaan Senjata

id polda, humas

Polda Akan Selektif Beri Izin Penggunaan Senjata

Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP. Soemarno (ANTARA)

Pemberian izin penggunaan senjata api secara ketat itu diharapkan bisa mengurangi kelalaian anggota Polri dalam menjaga senjatanya."
Palu (antarasulteng.com) - Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah akan lebih selektif memberikan izin penggunaan senjata api kepada anggotanya, terkait adanya sejumlah kasus kelalaian aparat menjaga senjatanya hingga menyebabkan orang lain tewas.

Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Tengah AKBP Soemarno di Palu, Selasa, mengatakan pengetatan izin itu berdasarkan hasil tes psikologi, ujian menembak, serta tes administrasi guna mengetahui calon pengguna senjata api itu mengetahui tata cara pemakaian dan penyimpanannya.

"Jadi tidak ada rekayasa hasil ujian psikologi, sehingga polisi pemegang senjata api benar-benar paham fungsi senjata," katanya.

Selain itu, ujian menembak juga sangat mempengaruhi sikap dan keterampilan calon pengguna senjata api. "Jadi anggota Polri yang menembak serampangan saat ujian tidak diizinkan memegang senjata karena bisa membahayakan orang lain," kata Soemarno.

Pemberian izin penggunaan senjata api secara ketat itu diharapkan bisa mengurangi kelalaian anggota Polri dalam menjaga senjatanya.

Pada 17 Agustus 2013 seorang warga Kabupaten Banggai tewas tertembak senjata api milik Briptu Rifandi.

Saat sedang sarapan di sebuah warung, Rifandi meletakkan senjatanya di meja yang di sebelahnya terdapat Idris Daud.

Idris yang saat itu dalam kondisi mabuk kemudian mengambil senjata laras panjang tersebut, dan mengarahkan moncong senapan ke perutnya.

Melihat itu, Rifandi mencoba merebut senjata miliknya hingga terjadi tarik-menarik, dan akhirnya terjadi letusan yang menewaskan Idris.

Pada 16 Juli 2013 seorang anggota Polres Donggala bernama Brigadir Hendra dijadikan tersangka terkait insiden penembakan istrinya hingga tewas.

Istrinya saat itu memegang pistol dan terjadi saling rebut hingga keluar timah panas yang merenggut nyawa sang istri.

Pada Juni 2012 seorang anggota Polres Palu yang tinggal di kamar kos bermain pistol dengan cara memutar-mutarkannya di jari telunjuk. Beberapa saat kemudian pistol itu meletus, dan pelurunya mengenai betisnya hingga mendapatkan perawatan di RS Bhayangkara.

Sementara itu, pada April 2011 seorang murid kelas VI SD Negeri Birobuli mengambil pistol ayahnya, seorang perwira polisi, kemudian menembak temannya sendiri hingga tewas. (R026)