Petani Sulteng Kurang Berminat Tanam Kedelai

id kedelai, petani

Petani Sulteng Kurang Berminat Tanam Kedelai

Seorang petani sedang panen kedelai (ANTARANews)

Pokoknya sekarang ini yang penting produksi tetap jalan setiap hari, meski menurun drastis
Palu,  (antarasulteng.com) - Petani di Sulawesi Tengah kurang berminat menanam kedelai karena harganya jauh lebih rendah dibandingkan kedelai impor, kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Tengah, Abdullah Kawulusan.

"Selain itu, produksi kedelai lokal kurang diminati para perajin tahu dan tempe," kata Abdullah Kawulusan di Palu, Kamis.

Ia mengatakan pemerintah setiap tahun terus berupaya mendorong para petani di seluruh kabupaten dan kota di Sulteng untuk menanam kedelai.

Tetapi, tampaknya petani enggan mengembangkan tanaman pangan itu karena hasil panen yang dijual ke pasar-pasar kebanyakan hanya dibeli masyarakat.

Sementara para pengrajin tidak mau membeli kedelai produksi petani dan mereka lebih suka menggunakan kedelai impor untuk membuat tahu dan tempe.

Makanya, petani di Sulteng hingga kini masih membatasi menanam kedelai.

Di Sulteng, kata Abdullah yang mantan Kepala Dinas Pertanian Sulteng tersebut, pengembangan tanaman kedelai terbesar hanya di Kabupaten Tojo Una-Una dan Banggai.

Kabupaten Banggai dan Tojo Una-Una selama ini merupakan penghasil kedelai terbesar di Sulteng.

Tojo Una-Una pada 2012 mampu memproduksi kedelai sebanyak 2.433 ton dan Kabupaten Banggai sekitar 1.465 ton. Total produksi kadelai Sulteng tahun lalu sekitar 9.000 ton.

Pada 2013, Pemprov Sulteng menargetkan produksi kedelai 11.000 ton.

Ia mengaku produktivitas kedelai petani Sulteng masih terbilang rendah dibandingkan petani di daerah lainnya.

Tingkat produktivitas tanaman kedelai petani Sulteng baru berkisar 1-1,5 ton per hektare.

Masih rendahnya tingkat produktivitas disebabkan beberapa faktor antar kualitas benih dan juga pengunaan pupuk yang belum sesuai harapan.

Padahal, kondisi tanah dan iklim di Sulteng sangat mendukung untuk pengembangan kedelai.

Data BPS Sulteng menyebutkan selama Januari-April 2013 produksi kedelai baru sekitar 5.000 ton dari target sebanyak 11.000 ton.

Namun demikian, jika diperhitungkan dengan kebutuhan masyarakat, produksi petani masih mencukupi kebutuhan.

Karena untuk bahan baku perajin tahu dan tempe selama ini menggunakan kedelai impor.

Harga kedelai impor di Palu saat ini berkisar Rp9.500,00 per kilogram dan kedelai lokal Rp7.500,00 per kilogram.

Ismail, seorang perajin tahu dan tempe di Palu membenarkan selama ini rata-rata perajin menggunakan kedelai impor.

"Kedelai impor meski harganya lebih mahal dibandingkan kedelai produksi petani lokal, namun dari segi kualitasnya jauh lebih unggul," katanya.

Ia mengaku karena mahalnya kedelai impor di pasaran, para perajin di Kota Palu terpaksa mengurangi produksi yang penting masih bisa jalan.

"Pokoknya sekarang ini yang penting produksi tetap jalan setiap hari, meski menurun drastis," katanya.

Meski dalam kondisi seperti itu, para perajin tahu dan tempe enggan untuk mengurangi ukuran tetap seperti biasanya.(SKD)