Petani Keluhkan Harga Karet Anjlok

id karet

Petani Keluhkan Harga Karet Anjlok

Ilustrasi (antara)

Palu,  (antarasulteng.com) - Para petani di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, mengeluh harga karet di tingkat pengumpul kini anjlok sehingga banyak dari mereka yang memilih bekerja menjadi buruh di perkebunan kelapa sawit.

"Bahkan ada sejumlah petani di desa kami yang terpaksa meninggalkan istri dan anak mencari rejeki di luar daerah," kata Timon, seorang tokoh masyarakat di Desa Lawangke, Kecamatan Lembo Raya, Kabupaten Morowali Utara, Jumat.

Kute, salah seorang petani Desa Lawangke, kata Timor sudah sebulan terakhir ini pergi ke Kalimantan Timur (Kaltim) bersama beberapa petani lainnya.

Mereka terpaksa mencari nafkah di negeri orang, sebab karet yang selama ini menjadi komoditas primadona petani di Kabupaten Morowali Utara itu, harganya semakin terpuruk dalam beberapa bulan ini.

Pada Januari-Mei 2014, harga karet masih berkisar Rp10 ribu per kilogram. Tetapi memasuki Juni 2014 hingga sekarang ini harga anjlok tinggal Rp6.000 per kilogram.

Harga karet pernah naik hingga mencapai Rp30 ribu per kilogram pada 2012.

Ketika harga karet mencapai Rp30 ribu per kilogram, petani banyak yang membeli kendaraan roda dua dan empat dari hasil menjual karet.

Hal senada juga disampaikan Datti (54), seorang petani di Desa Po`ono, Kecamatan Lembo Raya. Ia mengaku harga karet merosot tajam.

Akibatnya, kata Datti, banyak petani tidak lagim mengolah kebun karet dan lebih memilih menjadi buruh di perkebunan kelapa sawit yang ada di Kecamatan Lembo raya.

"Ada juga beberapa yang merantau ke Kaltim untuk bekerja di perusahaan tambang di sana," katanya.

Sebagian lagi petani tetap menyadap meski harga karet anjlok.

"Ya mau tidak mau harus menyadap, sebab kita butuh makan dan juga biaya sekolah anak," katanya.

Perkebunan karet di Sulteng hanya ada di Kabupaten Morowali Utara.

Pengembangan perkebunan karet secara besar-besaran di daerah itu dilakukan oleh salah satu perusahaan pada sekitar 1980-an.

Luas areal tanaman karet di wilayah tersebut hingga kini telah mencapai 17.302 hektare dengan produksi rata-rata per tahun mencapai 176.525 ton karet mentah.

Sementara jumlah petani yang selama ini sangat bergantung kepada komoditas ekspor itu sebanyak 8.707 orang. Petani sebanyak itu tersebar di sejumlah desa di Kecamatan Lembo.(skd)