Medan (antarasulteng.com) - Penghitungan cepat atau quick count pilpres menurut pengamat politik Universitas Sumatera Utara Prof Dr Suwardi Lubis membingungkan masyarakat.
"Perolehan suara yang dikeluarkan beberapa lembaga survey berbeda-beda dan tidak ada yang sama, sehingga membuat para pendukung kedua pasangan capres dan cawapres bertanya-tanya," kata Pengamat Politik Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Dr Suwardi Lubis di Medan, Jumat.
Menurut dia, untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, lembaga survei sebaiknya tidak lagi mengeluarkan perolehan suara melaluiquick count.
"Hal ini dilakukan adalah untuk kepentingan secara nasional, dan menghindari tidak terjadinya kesalahpahaman bagi pendukung kedua pasangan capres dan cawapres tersebut," ucap Suwardi.
Dia mengingatkan perolehan suara yang dikeluarkan lembaga survei bukan hasil suara yang resmi atau yang sah dari hasil Pilpres 9 Juli 2014.
"Masyarakat harus dapat mengetahuinya secara jelas, sehingga tidak terjadi kecurigaan mengenai hasil perolehan suara Pilpres yang dikeluarkan quick count tersebut," ucap staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) USU itu.
Suwardi menambahkan, bahwa penghitungan perolehan suara pada Pilpres itu hanya diakui berdasarkan pengumuman yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat secara berjenjang.
Berita Terkait
Hamilton akui Mercedes perlu lebih cepat lagi dalam GP Miami
Selasa, 23 April 2024 10:03 Wib
Pemkab Sigi gerak cepat tangani banjir di Desa Sambo dan Balongga
Jumat, 19 April 2024 17:30 Wib
Kecelakaan tunggal di Tol Semarang-Solo diduga pengemudi terkantuk
Jumat, 12 April 2024 17:47 Wib
Moeldoko sampaikan dampak rencana kereta cepat IKN-Brunei
Jumat, 5 April 2024 9:14 Wib
Gol cepat Pellegrini bantu Italia raih kemenangan 2-0 atas Ekuador
Senin, 25 Maret 2024 8:34 Wib
Kereta cepat Whoosh telah layani 2 juta juta penumpang
Rabu, 6 Maret 2024 9:05 Wib
Kepala BP2MI minta PPPK bekerja cepat respons masalah pekerja migran
Selasa, 27 Februari 2024 11:57 Wib
Anak perempuan haid lebih cepat berisiko menopause lebih awal
Senin, 26 Februari 2024 14:56 Wib