Palu, (antarasulteng.com) - PT Vale Indonesia, perusahaan tambang nikel
matte terbesar di dunia yang beroperasi di Sorowako, Kabupaten Luwu
Timur, Sulawesi Selatan, mencetak laba pada 2014 sebesar 172,3 juta
dolar AS atau sekitar Rp2,1 triliun.
Keuntungan perusahaan asal Brazil yang juga emiten pasar modal
Indonesia itu meningkat hampir 50 persen dibanding laba 2013 yang
tercatat 38,7 juta dolar AS atau sekitar Rp485 miliar.
Siaran pers PT Vale Indonesia Tbk yang diterima Antara Selasa (23/2)
malam menyebutkan, peningkatan laba ini ditopang oleh pencapaian yang
sangat signifikan dalam produksi dan penjualan serta harga nikel yang
lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Perusahaan yang sebian besar sahamnya dimiliki PT Vale dari Brazil
itu mencatat produksi nikel dalam matte sebanak 78.726 ton dan realisasi
penjualan 79.477 ton dengan harga rata-rata 13.061 dolar AS per ton.
"Vale mencatat produksi yang tertinggi dalam sejarah dengan
realisasi harga rata-rata sembilan persen lebih tinggi dari 2013 yang
tercatat 11,939 dolar AS/ton," tulis laporan tersebut.
Produksi nikel meningkat karena tersedianya tenaga istrik yang lebih
diiringi dengan turunnya harga bahan bakar minyak serta jumlah pegawai
sehingga terjafi efisiensi yang cukup signifikan.
Presden Direktur Vale Indonesia Nico Canter mengemukakan bahwa 2014
menjadi tahun yang penting bagi perusahaan dalam berbagai hal.
Perusahaan, katanya, berhasil menyelesaikan renegosiasi kontrak
dengan pemerintah Indonesia, meningkatkan efisiensi dan
merestrukturisasi biaya produksi secara efektif sehingga operasional
perusahaan tidak terlalu tergantung lagi pada harga minyak dunia.
Pada 2015, kata Nico, Vale Indonesia berupaya untuk meningkatkan produksi menjadi 80.000 ton.
PT Vale Indonesia yang sebelumnya bernama PT Inco Tbk itu memiliki
lima unit kilang pengolahan nikel di Sorowako, Sulawesi Selatan, dengan
areal konsesi penambangan yang tersebar di Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah dan Sulawesi Tenggara.(skd)
Vale Indonesia Cetak Laba 2014 Rp2,1 Triliun
Vale mencatat produksi yang tertinggi dalam sejarah dengan realisasi harga rata-rata sembilan persen lebih tinggi dari 2013 yang tercatat 11,939 dolar AS/ton