Presiden Jokowi Akan Panen Udang Supra Intensif Di Parigi

id udang

Presiden Jokowi Akan Panen Udang Supra Intensif Di Parigi

Sekretaris Dekin Dedi H. Sutisna (kedua kiri), Bupati Parigi Moutong Syamsurizal Tombolotutu (kedua kanan) dan Kadis KP Sulteng Hasanuddin Atjo (kiri) saat meninjau lokasi replikasi tambak udang supra intensif Indonesia di Desa Kampal, Kabupaten Parigi Moutong, SUlteng, baru-baru ini. (antarasulteng

...tambak udang supra intensif Indonesia tersebut pantas dikunjungi Presiden karena merupakan teknologi hasil karya putra Sulawesi Tengah yang dinilai akan memberikan dampak signifikan dalam meningkatkan produksi udang Indonesia," kata Dedi H. Sutisn
Palu (antarasulteng.com) - Presiden Joko Widodo telah diagendakan untuk melakukan panen perdana udang vanamei hasil budidaya dengan teknologi supra intensif Indonesia, bertepatan dengan puncak peringatan Sail Tomini, 19 September 2015 di Kabupaten Parigi, Sulawesi Tengah.

"Bapak Presiden akan melakukan panen parsial pertama pada tambak udang vanamei supra intensif Indonesia yang sedang diselesaikan pembangunannya di Desa Kampal, Kecamatan Parigi, sekitar 80 kilometer timur Kota Palu," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah Hasanuddin Atjo di Palu, Selasa.

Menurut dia, Sekretaris Dewan Kelautan Indonesia (Dekin) Dedi H. Sutisna dan Bupati Parigi Moutong Syamsurizal Tombolotutu selaku Ketua Panitia Daerah Sail Tomini telah meninjau tambak udang berteknologi supra intensif Indonesia itu baru-baru ini.

Dedi Sutisna yang juga Sekretaris Panitia Nasional Sail Tomini dan Festival Boalemo 2015 itu menilai tambak udang vanamei berteknologi supra intensif tersebut pantas untuk dikunjungi Presiden karena merupakan teknologi hasil karya putra Sulawesi Tengah yang dinilai akan memberikan dampak signifikan dalam meningkatkan produksi udang Indonesia.

Teknologi budidaya udang vaname supra intensif Indonesia diluncurkan Ketua Masyarakat Aquakultur Indonesia (MAI) Rokhmin Dahuri pada 2013 di tambak CV. Dewi Windu, Kabupaten Baru, Sulteng, tempat teknologi itu direkayasa dan diujicoba selama beberapa tahun.

Penemu teknologi tersebut, DR Ir Hasanuddin Atjo, MP, putra kelahiran Poso, Sulteng, 55 tahun lalu itu mengemukakan bahwa produktivitas teknologi ini mencapai 153 ton per hektare yang sampai saat ini masih tercatat sebagai teknologi budidaya modern paling tinggi produktivitasnya di dunia.

Kunci utama teknologi ini adalah pengelolaan limbah menggunakan teknologi central drain sehingga kualitas lingkungan udang terjamin kebersihannya sehingga populasi dijamin bebas dari penyakit.

"Tentu saja penggunaan sarana produksi seperti benih, pakan, obat-obatan serta peralatan pendukung seperti kincir dan suplai oksigen harus memenuhi standar kualitas terbaik," ujarnya.

Sementara panen dilakukan secara parsial (tiga sampai lima kali) yang dimulai saat udang berumur 70-an hari atau berkuran sekitar 110 ekor/kilogram dan berakhir pada umur sekitar 100 hari. Pola panen parsial ini bertujuan untuk menjaga tingkat kepadatan populasi sehingga perkembangan bobot udang lebih cepat, ujar Atjo.

Karena itu, kata Atjo, sejumlah pengusaha dari berbagai tempat di Indonesia dan beberapa negara penghasil udang di dunia sudah mulai melirik teknologi ini untuk dikembangkan.

"Bahkan beberapa daerah sudah mulai mereplikasi teknologi ini, seperti Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat," ujarnya.

Khusus tambak di Desa Kampal, Kabupaten Parigi, yang akan menjadi lokasi panen Presiden Joko Widodo itu, sedang diselesaikan pembangunannya oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng memanfaatkan dana APBN dan APBD Sulteng 2015 sekitar Rp2 miliar.

Wartawan Antara yang melihat dari dekat pembangunan tambak itu, Selasa, melaporkan progres kegiatan konstruksi sudah mencapai sekitar 90 persen, tinggal menunggu masuknya aliran listrik.

"Kalau listrik dari PLN sudah mengalir, kami akan segera memasukkan air sehingga penebaran bibit bisa dilakukan sebelum akhir Juni 2015. Bila ituy terlaksana, maka pada 19 September 2015 tepat menjadi masa panen parsial pertama," ujar Muhlis Baeda, pejabat penanggung jawab teknis kegiatan (PPTK) proyek tersebut.

Tambak tersebut terdiri atas dua petak yang masing-masing berukuran 25x25 meter, dan akan ditebari benih dengan kepadatan sekitar 1.000 ekor per meter persegi. (R007)