Kayu Kelapa Jadi Alternatif Mebel Setelah Ebony

Palu,  (antarasulteng.com) - Kayu batang kelapa telah menjadi alternatif bahan baku industri mebel di Sulawesi Tengah setelah ebony (kayu hitam).

"Permintaan pasar untuk mebel berbahan baku kayu kelapa terus meningkat dan jenis produksinya juga terus melebar sehingga tidak lagi sebatas perabot rumah tangga seperti meja dan kursi tetapi juga kusen dan daun pintu ukir," kata Anwar Ramang, staf pemasaran UKM Karya Ebony yang bergerak di bidang mebel kayu kelapa di Wani, Kabupaten Donggala, Sulteng, Kamis.

Menurut dia, pesanan lumayan banyak karena kayu batang kelapa juga kuat dan punya nilai seni yang natural karena serat tekstur kayunya juga menarik.

Karya Ebony adalah salah satu usaha mebel di Kabupaten Donggala yang terus bertahan dari gempuran kelangkaan bahan baku dan sulitnya akses permodalan.

"Dulu ada beberapa industri yang sama di sini, alhamdulillah kami masih bertahan sampai saat ini," katanya.

Anwar mengatakan konsumen saat ini telah melirik kayu dari batang kelapa karena kayu lokal berkualitas tinggi semakin mahal dan untuk mendapatkannya juga sulit.

"Akhirnya kita beralih ke batang kelapa," katanya.

Untuk menjaga kualitas, kata Anwar, industrinya memiliih batang kelapa tua yang berumur puluhan tahun.

Pengerjaan kayu batang kelapa memerlukan teknik sendiri dan lebih hati-hati karena jauh lebih keras dan berserat seperti duri.

Anwar mengatakan kayu batang kelapa juga bagus diukir apalagi didukung dengan tekstur kayu yang natural.

Hanya saja, kata Anwar, harga mebel batang kelapa jauh lebih mahal dibanding kayu lokal seperti meranti dan nantu. Satu daun pintu dengan ukiran pahat misalnya, seharga Rp1,5 juta, sementara tanpa ukiran Rp1 juta. Sementara kayu jenis lokal lainya antara Rp650 hingga Rp800 ribu per daun pintu.

Selain mengerjakan kusen dan daun pintu, Karya Ebony juga terus mengembangkan inovasi baru model kursi, meja dan aksesoris rumah tangga lainnya. (skd)