Gubernur Sulteng Panen Udang Vaname Supra Intensif

id udang

Gubernur Sulteng Panen Udang Vaname Supra Intensif

Gubernur Sulteng Longki Djanggola (ketiga kiri) melakukan panen udang dengan budidaya teknologi supra intensif yang menghasilkan produktivitas 170 ton/ha/musim tanam di Kelurahan Mamboro, Palu, Sabtu (27/2) (antarasulteng.com/Rolex Malaha)

Hasil penjualan udang dari tambak percontohan ini disetorkan ke kas daerah sebagai pendapatan asli daerah," ucapnya.
Palu (antarasulteng.com) - Gubernur Sulawesi Tengah Drs Longki Djanggola, MSi melaksanakan panen udang vaname hasil budi daya dengan teknologi supra intensif Indonesia pada tambak percontohan yang dibangun dengan dana APBD Sulteng di Kelurahan Mamboro, Kota Palu, Sabtu.

Tambak permanen tersebut berukuran 400 meter persegi dan diperkirakan akan menghasilkan panen total sekitar 6,5 ton, yang bila dikonversi ke satuan hektare memiliki produktivitas 170 ton per hektare.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo melaporkan bahwa panen kali ini merupakan siklus yang ketujuh sejak tambak itu dibangun pada 2013 dengan investasi sekitar Rp750 juta. Pada siklus keenam, tambak ini menghasilkan hampir tujuh ton udang.

Ia menjelaskan bahwa Indonesia dewasa ini menerapkan empat sistem budidaya udang yakni sistem tradisional yang produktivitasnya 500 kg/ha/musim tanam, sistem semi intensif 2 - 3 ton/ha/mt, sistem intensif 25-30 ton/ha/mt dan sistem supra intensif 150 sampai 170 ton/ha/musim tanam.

Setiap kilogram udang supra intensif membutuhkan biaya produksi sebesar Rp34.132 rupiah, dan dengan harga udang yang rata-rata mencapai Rp70.000 sampai Rp80.000/kg, maka keuntungan sistem budi daya ini bisa mencapai 50 persen lebih, ungkapnya.

Karena itu, teknologi budi daya ini, kata Atjo, mendapat sambutan antusias dari para pengusaha tambak di Indonesia sehingga telah banyak pengusaha dari berbagai daerah bahkan luar negeri yang melakukan studi banding.

"Teknologi ini ditemukan di Sulawesi Selatan, tetapi yang mereaplikasikan pertama adalah Sulawesi Tengah sehingga teknologi ini populer dari Sulteng. Sejumlah kabupaten di Sulteng telah mereplikasi teknologi ini dengan sukses," ujarnya.

Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola mengaku sangat mendukung Dinas KP Sulteng yang mengembangkan teknologi budidaya supra intensif ini dan berharap akan teknologi ini disebarkan di seluruh kabupaten di Sulteng.

"Setiap kabupaten membangun satu saja tambak percontohan, itu sudah bagus untuk menjadi tempat percontohan bagi masyarakat atau investor di daerah tersebut, apalagi teknologi ini bisa dikembangkan oleh para pengusaha kecil dan menengah," tuturnya.

Kadis KP Sulteng Hasanuddin Atjo mengemukakan bahwa pihaknya membangun dua tambak percontohan teknologi supra intensif yakni di Kelurahan Mamboro, Kota Palu, seluas 400 meter persegi dan di Desa Kampal, Kabupaten Parigi, seluas sekitar 1.000 meter persegi dan telah mengalami beberapa siklus panen.

"Hasil penjualan udang dari tambak percontohan ini disetorkan ke kas daerah sebagai pendapatan asli daerah," ucapnya.

Mulai 2016, pengelolaan tambak percontohan di Mamboro tersbeut akan diserahkan kepada Koperasi Karyawan DKP Sulteng untuk dikelola secara komersil, di mana pengelola menyewa bangunan tambak milik pemerintah itu sebagai sumber pendapatan daerah.

"Karena itu pada panen kali ini, kami mengundang pimpinan perbankan dan juga sejumlah pengusaha untuk merangsang minat mereka agar bersedia menyisihkan dana perusahaan membantu pembiayaan pengembangan teknologi supra intensif ini," kata Atjo, penemu teknologi budi daya dengan produktivitas tertinggi di dunia tersebut.