Kampung Digital Telkom Masuk Pelabuhan Perikanan Donggala

id kampung, digital, telkom

Kampung Digital Telkom Masuk Pelabuhan Perikanan Donggala

General Manager PT. Telkom Wilayah Sulteng Marnoto saat menghadiri pembukaan pelatihan 'tracebility' Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng di Palu, Selasa. (Antarasulteng.com/Rolex Malaha)

Palu,  (antarasulteng.com) - Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk menjalin sinergi untuk membangun `kampung digital` di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Donggala dalam upaya meningkatkan daya saing sektor perikanan yang bermuara pada peningkatan nilai tambah bagi nelayan.

Pada tahap awal sinergi tersebut, DKP Sulteng dan PT Telkom menggelar pelatihan khusus penggunaan aplikasi teknologi digital yang disediakan Telkom untuk para pengumpul, pedagang perantara/penampang dan pengelola usaha kecil (miniplant) pengolahan hasil perikanan di Palu, Selasa.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah Hasanuddin Atjo ketika membuka pelatihan itu mengemukakan bahwa sistem digitalisasi bagi nelayan dan pelaku usaha sektor perikanan tangkap dan budidaya semakin mendesak karena sangat berperan dalam meningkatkan daya saing terutama di era persaingan pasar bebas ASEAN (MEA).

Ia menjelaskan bahwa daya saing tersebut sangat tergantung pada tiga hal pokok yakni ketepatan dalam kuantitas produk (hasil tangkapan), ketepatan dalam kualitas dan ketepatan waktu distribusi.

"Satu saja yang tidak terpenuhi dari ketiga hal itu, maka daya saing akan jatuh. Pembeli tidak akan melirik daerah ini karena kita akan dianggap tidak komitmen. Ini akan menimbulkan kerugian besar karena pasar akan diisi oleh orang/daerah/negara lain," ujarnya.

Menurut dia, melalui program digitalisasi yang dibangun bersama PT Telkom, secara cepat akan terjadi komunikasi antara nelayan/pembudidaya dengan pengumpul, antara pengumpul dengan "supplier" dan antara "supplier" dengan pasar atau industri pengolahan.

"Dalam komunikasi itu pasti ada transparansi, tidak ada lagi rahasia apalagi dusta di antara pelaku. Nelayan dan pembudidaya misalnya akan mengetahui secara cepat berapa tingkat harga di industri pengolahan dan pasar umum, sehingga mereka tidak akan menjadi korban permainan dari para pengumpul dan `supplier`," ujarnya.

Ia memberi contoh soal harga ikan kerapu, dimana harga di tingkat nelayan hanya sekitar Rp35.000/ekor, namun di restoran harganya sudah berubah menjadi Rp100.000/ekor.

"Disparitasnya sangat besar dan yang menikmatinya adalah pedagang peratara. Kalau terwujud transparansi di antara para pelaku melalui bantuan program digitalisasi itu, maka nelayan atau pembudidaya akan menaikkan posisi tawarnya sehingga bisa menikmati sebagian nilai tambah yang selama ini dinikmati oleh pengumpul atau `supplier`," ujarnya.

General Manager PT Telkom Wilayah Sulawesi Tengah Marnoto mengatakan bahwa program digitalisasi telekomunikasi di PPI Donggala merupakan solusi untuk meningkatkan daya saing karena aplikasi teknologi yang disediakan Telkom akan membantu agar produk nelayan dan pembudidaya bisa tepat waktu, tepat jumlah dan tepat kualitas.

"Dengan teknologi digital, pergerakan kapal penangkap ikan di laut bisa dipantau berapa banyak yang sudah ditangkap, apa jenis ikannya, kapan akan mendarat di dermaga dan bagaimana kualitasnya," ujarnya.

Karena itu, Telkom sudah memasang peralatan khusus teknologi komunikasi digital di PPI Donggala yang memungkinkan pemantauan tersebut terlaksana dengan cepat, sedangkan di kapal atau nelayan, tinggal dilengkapi dengan peralatan GPS (global positioning system).

Melalui program digitalisasi ini, kata Marnoto, informasi tersebut akan dimasukkan dalam bisnis "online" yang dimiliki PT Telkom.

Dengan demikian, pasar akan lebih besar sebab informasi mengenai produk perikanan Sulteng baik terkait jumlah, jenis, dan kualitasnya akan diketahui secara luas sehingga nelayan Donggala akan didatangi oleh para pembeli yang tidak saja dari pembeli lokal dan nasional, tetapi juga mancanegara.

Marnoto menambahkan bahwa kampung digital di PPI Donggala tersebut merupakan yang ketiga di Sulteng setelah kampung digital batik bomba dan bawang goreng di Kota Palu.