Peneliti Belanda Dan Kelas Menengah Indonesia

id hidup

Peneliti Belanda Dan Kelas Menengah Indonesia

Prof Gerry van Klinken (antaranews)

Surabaya,  (antarasulteng.com) - "Kelas Menengah di Indonesia sangat berbeda dengan di Amerika Utara dalam melihat negaranya," ucap peneliti asal Belanda, Prof Gerry van Klinken.

Dalam seminar internasional yang digelar Komunitas Baca Rakyat (Kobar) Surabaya (1/3), profesor yang fasih berbahasa Indonesia itu memaparkan dua buku hasil penelitiannya tentang kelas menengah di Indonesia.

"Faktanya, kelas menengah di Indonesia memiliki kecenderungan masih mencintai negeri, meskipun mereka sudah mandiri tanpa kehadiran negara," ungkapnya di hadapan ratusan mahasiswa di Auditorium UIN Sunan Ampel Surabaya.

Penulis buku "The Making of Middle Indonesia" dan "In Search of Middle Indonesia" itu, mengakui hal tersebut berbeda dengan kelas menengah di Amerika Utara yang cenderung tidak butuh kehadiran negara.

"Kelas menengah Indonesia juga memiliki kemandirian yang kuat, menolak pasar bebas, suka demokrasi untuk mengontrol elite," ujar peneliti Koninklijk Instituut voor Taal, Land-en Volkenkunde ( KITLV) Leiden Belanda itu.

Dalam penelitiannya, ia mengambil sampel kelas menengah di kota-kota menengah di Indonesia, seperti Kupang, Pontianak, Cilegon, Pekalongan, Kebumen, dan Ternate.

"Perilaku masyarakat kelas menengah di Indonesia itu berpengaruh pada kota-kota menengah dan di Indonesia ada 200-an kota menengah, tapi kami mengambil beberapa sampel saja," tukasnya.

Namun, perilaku kelas menengah bawah memiliki beberapa tipikal khas, yaitu agama lebih konservatif, jaringan lokal kuat, pendapatan kurang menentu, dan menguasai daerah.

"Data ADB menyebut 25 persen kelas menengah pada tahun 1999 dan menjadi 34 persen di tahun 2009, lalu tahun 2012 menjadi 45 persen, tapi jumlah itu belum sepenuhnya akurat di lapangan saat kami melakukan penelitian sendiri," paparnya.

Terlepas dari itu, hasil penelitian Prof Gerry Van Klinken itu mampu mengisi "ruang kosong" riset di Indonesia yang selama ini berbasis Pulau Jawa, namun peneliti Belanda itu berhasil mengungkap sisi sosiologis masyarakat menengah di luar Jawa.