Pengikut Santoso Yang Tertangkap Hidup Belum Bisa Diinterogasi

id kapolda

Pengikut Santoso Yang Tertangkap Hidup Belum Bisa Diinterogasi

Kapolda Sulteng Brigjen Rudy Sufahriadi menjawab pertanyaan wartawan dalam silaturahmi perdana dengan jajaran pers di Palu, Rabu (16/3). Rudy dlantik jadi Kapolda Sulteng oleh Kapolri di Jakarta, Kamis (10/3). (Antarasulteng.com/Rolex Malaha)

Kapolda: Badan mereka kurus sekali karena kurang makan.
Palu (antarasulteng.com) - Dua orang DPO anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso alias Abu Wardah, yang tertangkap dalam Operasi Tinombala di Poso, Jumat (15/4), hingga kini belum bisa diinterogasi karena kondisi fisik mereka sangat lemah.

"Badan mereka kurus sekali karena kekurangan makan selama berada di hutan. Jadi kita lakukan recovery dulu," kata Kapolda Sulteng Brigjen Pol Rudy Sufahriadi kepada wartawan di Palu, Senin.

Kedua terduga teroris itu bernama Ibad dan Faqih. Mereka ditangkap di sebuah lahan perkebunan kakao milik warga di Kecamatan Poso Pesisir Utara, Jumat (15/4).

Menurut Kapolda, keduanya masuk dalam 29 daftar pencarian orang (DPO) kasus terorisme Poso. Ibad bergabung dengan Santoso pada 2013 dan Faqih pada 2015. Mereka sudah dewasa meski wajah mereka tampak masih seperti anak-anak, katanya.

Kepala Bidang Humas Polda Sulteng AKBP Hari Suprapto di tempat terpisah menyebutkan bahwa kedua DPO kasus terorisme itu usai tertangkap, langsung digiring ke Polres Poso untuk pemeriksaan.

Saat hendak diinterogasi, wartawan mendengar suara salah satu dari kedua pelaku itu yang meminta makan dan berjanji akan membongkar semua rahasia setelah makan.

"Kasih makan dulu saya pak, nanti saya akan bongkar semuanya setelah makan," ucap seorang lelaki yang cukup jelas terdengar wartawan di luar ruangan pemeriksaan.

Ketika ditanya bagaimana tentang keberadaan Santoso yang hingga kini belum tertangkap padahal, Rudy Sufahriadi mengemukakan bahwa Operasi Tinombala yang dipimpinnya dengan melibatkan 3.000 personel Polri dan TNI sudah berjalan baik.

"Upaya yang dilakukan untuk menangkap Santoso sudah maksimal. Kapolri sendiri mengapresiasi upaya aparat yang bekerja di lapangan dalam Operasi Tinombala, meski upaya-upaya itu masih perlu lebih ditingkatkan lagi," ujarnya.

Kapolda menolak menyebutkan upaya peningkatan apa yang akan dilakukan dalam operasi ini kecuali menyebutkan bahwa dalam memburu Santoso dan pengikutnya, pihaknya selalu mengubah strategi dan taktik.

Ia yakin bahwa Santoso masih berada di hutan Poso dan kelompoknya sudah terpecah. Keberadaan mereka sudah semakin terdesak dan kekurangan logistik.

"Mudah-mudahan operasi ini bisa segera selesai dengan sukses," ujarnya berharap dan memohon dukungan sleuruh bangsa Indonesia.

Operasi Tinombala yang digelar sejak 9 Januari 2016 sampai saat ini sudah menangkap 14 orang anggota kelompok Santoso, 10 orang dalam keadaan tewas dan empat lainnya hidup.