Warga Desa Olu Sulit Pasarkan Hasil Panen

id kopi

Warga Desa Olu Sulit Pasarkan Hasil Panen

Ilustrasi (FOTOANTARA/Sahrul Manda Tikupadang)

Kami selama ini hanya menunggu pedagang pengumpul datang membeli hasil panen petani berupa kakao dan kopi
Palu,  (antarasulteng.com) - Warga Desa Olu, Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah hingga kini masih sulit memasarkan hasil panen karena prasarana jalan belum memadai.

"Kami selama ini hanya menunggu pedagang pengumpul datang membeli hasil panen petani berupa kakao dan kopi," kata Barnabas, seorang tokoh masyarakat Desa Olu, Kamis.

Ia mengatakan selama ini masyarakat di wilayah itu hidup bergantung pada hasil panen kakao dan kopi.

Komoditi perkebunan tersebut selama ini menjadi sumber mata pencaharian masyarakat yang ada di sekitar kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL).

Akibat belum tersedianya prasana jalan memadai, harga berbagai jenis sembako dan kebutuhan lainnya di wilayah itu sangat mahal.

Begitu pula harga biji kakao di tingkat petani hanya dihargai Rp25.000/kg. Padahal, harga kakao di pasaran Kota Palu saat ini mencapai Rp40 ribu/kg.

Sama halnya dengan komoditi perkebunan lain seperti biji kopi. Harga biji kopi di wilayah itu hanya berkisar Rp17.500/kg.

Padahal sesungguhnya harga biji kopi di pasaran mencapai Rp27.000/kg.

Sementara harga sembako seperti gula pasir dijual di Desa Olu mencapai Rp20.000/kg, bawang merah Rp60.000/kg, minyak goreng Rp20.000/kg dan beras mencapai Rp13.000/kg.

Sedangkan minyak tanah Rp25.000/liter dan gas elpiji 3kg dijual Rp30.000/tabung.

Masyarakat di desa paling ujung Kecamatan Lindu itu sangat berharap pemerintah Kabupaten Sigi segera membuka akses jalan memadai ke wilayah tersebut.

"Selain jalan yang kami sangat butuhkan adalah penerangan, sebab penerangan listrik yang ada sekarang ini hanya menggunakan listrik tenaga surya dengan daya terbatas,"pinta Barnabas.