150 Gempa Bumi Per Bulan Di Sulteng

id gempa

150 Gempa Bumi Per Bulan Di Sulteng

Kepala BMKG Palu Petrus DS. Foto ANTARA/Anas Masa

"Setiap hari ada gempa. Hanya saja gempa yang terjadi skala sedang dan kecil dibawah 5,0 SR dan kebanyakan tidak terasa," kata Kepala BMKG setempat Petrus DS di Palu,Senin.
Palu, (antarasuteng.com) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Palu melaporkan di wilayah Sulawesi Tengah setiap bulan rata-rata di guncang gempa bumi sebanyak 150 kali.

"Setiap hari ada gempa. Hanya saja gempa yang terjadi skala sedang dan kecil dibawah 5,0 SR dan kebanyakan tidak terasa," kata Kepala BMKG setempat Petrus DS di Palu,Senin.

Ia mengatakan selama September, khususnya di wilayah Parigi Moutong (Tolay dan Torue) tercatat ada sekitar 80-an kali terjadi gempa bumi skala kecil.

Gempa tergolong sedang terakhir kali terjadi di Torue pada 7 September 2016 dengan kekuatan 5,1 SR pada kedalaman 10 km dan pusat gempa berada di laut dengan jarak sekitar 6 km utara Desa Torue.

Gempa bumi tersebut dirasakan di Kota Palu dan sempat membuat kebanyakan warga keluar rumah menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Sulteng, kata Petrus, memang selama ini rawan gempa bumi karena berada pada patahan sesar Palu Koro.

Menurut dia, tidaklah heran jika setiap harinya terjadi gempa bumi, tetapi guncangan tidak terasa, sebab skala gempa kecil.

Petrus juga mengatakan sering kali kantornya mendapat telepon dari masyarakat karena banyaknya isu-isu miring bahwa akan terjadi gempa dengan kekuatan besar.

Juga akan adanya gelombang laut besar (stunami) sehingga meresahkan masyarakat yang bermukim di pinggiran pantai, terutama di Teluk Tomini dan juga di Morowali.

Dia mengatakan isu-isu miring yang sengaja dihembuskan oleh orang-orang tak bertanggungjawab tersebut banyak menimbulkan keresahan di tengah-tengah masyarakat sehingga perlu mendapat perhatian dari pihak-pihak terkait, termasuk BMKG di daerah ini.

Karena itu, kata Petrus, mengimbau masyarakat untuk tidak langsung percaya dengan isu-isu menyesatkan tersebut.

"Tidak mungkin akan terjadi stunami jika gempa bumi hanya dibawa 5,0 SR," kata dia.

Apalagi jika pusat gempa bumi terjadi di darat, kemungkinan terjadinya gelombang stunami jika pusat gempa ada di laut, kekuatan gempa harus diatas 7 SR dan kedalaman sumber gempanya dangkal, kurang dari 60 km.

Kemudian, kata dia, pensesaranya atau arah geraknya harus turun atau naik, tidak bisa datar.

Ia juga menambahkan sesar Palu Koro yang terletak di Sulawesi Tengah merupakan zona patahan aktif yang memiliki potensi kegempaan relative tinggi.(BOK03)