Berharap reformasi besar-besaran dari duet Jonan-Arcandra

id esdm

Berharap reformasi besar-besaran dari duet Jonan-Arcandra

Menteri ESDM Ignasius Jonan (kiri) dan Wamen ESDM Arcandra Tahar (kanan) menjawab pertanyaan wartawan seusai upacara pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/10/2016). (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/P003)

Kami tunggu kerja mereka. Sektor ini butuh penanganan segera karena selama ini dikelola secara salah dan merugikan negara
Jakarta (antarasulteng.com) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara mengejutkan kembali memilih sosok para menteri sebagai pembantunya di Kabinet Kerja.

Pada Jumat pukul 13.30 WIB di Istana Negara, Jakarta, Presiden melantik Ignasius Jonan sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Arcandra Tahar sebagai Wakil Menteri ESDM.

Jonan sebelumnya tidak masuk bursa media sebagai calon Menteri ESDM mengingat yang bersangkutan tidak mempunyai pengalaman sektor ESDM. Sama sekali baru, dan ditambah lagi termasuk sosok yang diberhentikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Menteri Perhubungan.

Sejumlah nama yang masuk bursa media sebagai calon kuat Menteri ESDM, antara lain Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto, Pelaksana Tugas Menteri ESDM Luhut Binsar Panjaitan, dan termasuk Arcandra Tahar setelah status Warga Negera Indonesia (WNI)-nya dipulihkan.

Meski masuk bursa amatan media, Arcandra cukup mengejutkan kembali ke Kabinet Kerja mengingat telah dicopot Presiden Jokowi sebagai Menteri ESDM karena status dwikewarganegaraan.

Sebelumnya, saat Presiden menunjuk Arcandra sebagai Menteri ESDM juga tidak tercium publik hingga sesaat sebelum pelantikannya.

Walaupun, Arcandra diketahui beberapa kali sempat berdiskusi dengan Presiden Jokowi, termasuk memberikan masukan soal Blok Masela sebelum ditunjuk sebagai Menteri ESDM.

Pemberitahuan pelantikan Menteri dan Wakil Menteri ESDM pada Jumat siang tersebut pun dilakukan secara mendadak hanya beberapa jam sebelumnya.

Undangan pelantikan yang tanpa nama keduanya di Istana sempat beredar secara viral di media dalam jaringan (daring) dan media sosial (medsos) berinternet.

Bahkan, Jonan mengaku baru diberi tahu akan menjadi Menteri ESDM sekitar pukul 11.00 WIB alias sekira dua jam jelang pelantikannya.

Demikian pula, Arcandra baru mengetahuinya beberapa jam sebelumnya.

Namun, Jonan mengatakan, dirinya pernah bertemu Presiden sekitar akhir Agustus 2016.

"Bicara umum saja," ujarnya usai pelantikan menjadi Menteri ESDM Kabinet Kerja.

Ia bersyukur ditunjuk kembali untuk membantu Presiden.

"Ini tugas besar, saya akan kerjakan," tambahnya.

Adapun Arcandra mengatakan, dirinya siap mendukung penuh Jonan sebagai Menteri ESDM.

"Niat saya pulang ke Indonesia adalah untuk mengabdi," katanya.

Kepada pers usai pelantikan, Presiden Jokowi menegaskan bahwa meyakini duet Jonan-Arcandra merupakan orang yang tepat.

"Keduanya merupakan figur yang profesional, berani, suka terjun ke lapangan, dan mempunyai potensi mereformasi besar-besaran sektor ESDM," katanya.

Meski, Presiden mengakui keduanya merupakan orang yang cukup keras kepala, Jonan-Arcandra diyakini mampu bekerja secara tim (team work).

"Memang bukan tugas yang mudah, namun saya yakin keduanya bisa sebagaiteam work," kata Presiden.

Presiden Jokowi juga berharap publik tidak menarik penunjukan Jonan-Arcandra ke ranah politik.

"Ini isu manajemen, jangan ditarik ke politik. Saya yakin kedua figur ini punya kompetensi," demikian Presiden Jokowi.


Reformasi ESDM

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa berharap duet Jonan-Arcandra bisa menjalankan perintah Presiden Jokowi untuk segera mereformasi secara besar-besaran di sektor ESDM.

"Paling tidak ada harapan tata kelola sektor ESDM bisa lebih baik," katanya.

Menurut dia, posisi Wakil Menteri ESDM yang ditempati Arcandra kemungkinan untuk mengakomodasi kepentingan Presiden dan pendukungnya maupun para pemangku kepentingan (stakeholder).

"Jonan tidak berpengalaman di bidang energi, tapi kredibilitasnya baik, demikian juga integritasnya. Ini bisa mengimbangi sosok Arcandra yang kurang diterima oleh stakeholder," ujarnya.

Sedangkan, pengamat energi dari Universitas Gajah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, pilihan Jonan dan Achandra menunjukkan pergulatan dan tarik menarik cukup kuat yang bermuara pada kompromi, meski sayangnya tidak tepat.

"Jonan dan Achandra tergolong bermasalah. Keduanya pernah diberhentikan dari kabinet, dan tentu bermasalah," katanya.

Mantan Anggota Komite Reformasi Migas tersebut mengkhawatirkan stigma bermasalah keduanya akan menjadi beban yang berkepanjangan.

Namun, pengamat kebijakan publik Agus Pambagio mengatakan, penanganan sektor ESDM tidak memerlukan orang yang berpengalaman dan mengetahui bisnis di bidang tersebut.

Menurut dia, paling penting Menteri ESDM harus orang yang berani memperbaiki sektor tersebut, termasuk memberantas mafia dan pemburu rente.

"Harus orang yang berani, seperti Jonan," katanya menambahkan.

Wakil Ketua Komisi VII DPR Syaikhul Islam Ali mengatakan, pihaknya siap bekerja sama dengan duet Jonan-Arcandra.

"Banyak pekerjaan besar yang perlu segera diselesaikan," katanya.

Anggota Dewan dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut mengaku terkejut dengan penunjukan Jonan mengingat tidak mempunyai pengalaman sektor ESDM.

"Namun, Presiden tentu sudah berhitung, termasuk ditandem dengan Pak Arcandra sebagai wakil menteri. Pak Arcandra mempunyai kemampuan teknis tinggi," ujarnya.

Hal senada dikemukakan Anggota Komisi VII DPR Kurtubi. Politisi Partai Nasdem tersebut mengatakan keduanya sudah ditunjuk Presiden dengan kewenangan prerogratifnya.

Oleh karena itu, ia berharap Jonan-Arcandra segera bekerja karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.

"Kami tunggu kerja mereka. Sektor ini butuh penanganan segera karena selama ini dikelola secara salah dan merugikan negara," demikian Kurtubi, yang selama ini juga dikenal sebagai pengamat ESDM.