Ribuan Pejalan Kaki Meriahkan Inklusi Keuangan -

id ojk

Palu,  (antarasulteng.com) - Sebanyak 2.000-an orang pejalan kaki dari berbagai kalangan memeriahkan pameran inklusi keuangan yang dilaksanakan Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Sulawesi Tengah, Minggu pagi.

Jalan sehat sepanjang lima kilometer itu mengambil titik start dan finish di tempat perbelanjaan terbesar di Kota Palu.

Ketua Panitia Pelaksana yang juga Direktur Utama PT Bank Sulteng Rahmat Abd Haris mengatakan jalan sehat tersebut melibatkan 51 industri jasa keuangan sebagai rangkaian dari Expo Inklusi Keuangan yang dibuka sejak Jumat lalu.

Rahmat berharap seluruh rangkaian kegiatan Expo Inklusi Keuangan tersebut semakin mendekatkan Industri Jasa Keuangan di Sulawesi Tengah dengan masyarakat setempat.

Sebagai daya tarik bagi masyarakat dalam kegiatan pertama kali diselenggarakan serentak di seluruh Indonesia itu, Industri Jasa Keuangan menyediakan ratusan hadiah mulai dari produk Industri Jasa Keuangan sampai dengan hadiah langsung beruapa mesin cuci, televisi, kulkas dan sepeda motor.

Rencananya seluruh rangkaian Expo Inklusi Keuangan akan ditutup Minggu malam di Palu Grand Mall.

Sejumlah rangkaian yang memancing kedekatan anak-anak terhadap industri jasa keuangan adalah lomba mewarnai gambar dan pagelaran busana.

Kepala OJK Palu M Syukri A Yunus mengatakan dirinya tidak menyangka respons publik Kota Palu cukup menggembirakan dalam pemeran tersebut.

"Hari pertama saja untuk pegadaian sudah membukukan transaksi sampai Rp800 juta," katanya.

Respons publik tersebut menurut Syukri menunjukkan keinginan masyarakat semakin tinggi terhadap produk atau layanan industri jasa keuangan.

Syukri berharap pameran yang mengambil tema dalam bahasa Kaili "kamaimo mangisani jasa keuangan/marilah mengetahui jasa keuangan" tersebut dapat mendongkrak literasi keuangan di Sulawesi Tengah mengingat literasi jasa keuangan masih rendah.

"Menurut survei tahun 2013 tingkat literasi keuangan masyarakat di Sulawesi Tengah cukup jauh di bawah indeks nasional," katanya.

Tingkat literasi tersebut hanya sebesar 15 persen dan pemanfaatan sebesar 35 persen.

"Artinya hanya 15 dari 100 orang yang memiliki pengetahuan, pemahaman dan keterampilan terhadap produk atau layanan keuangan serta hanya 35 dari 100 orang yang dapat mengakses produk keuangan," katanya.