Perajin Gamelan di Gunung Kidul Makin Langka

id gamelan, gambang, motif, bonang

Perajin Gamelan di Gunung Kidul Makin Langka

Warga asing pun belajar gamelan (FOTO ANTARA/M Risyal Hidayat)

Gunung Kidul - Perajin Gamelan Desa Karangtengah di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, semakin langka seiring maraknya alat musik modern di wilayah setempat.

"Dulu di kampung sini ada puluhan perajin gamelan, tapi sekarang tinggal kami sendiri. Kami tetap membuat gamelan ada pesanan maupun tidak. Ini bagian dari melestarikan budaya," kata perajin gamelan, Subari (60) di Gunung Kidul.

Ia mengatakan, gamelan buatanya banyak dipesan instansi pemerintahan Gunung Kidul yakni Dinas pendidikan dan pelaku kesenian luar negeri dari Australia.

Ada beberapa hotel besar di Solo dan Kota Yogyakarta sering memesan gender barong.

"Setiap tahun, Dinas Pendidikan pesan satu set Rp50 juta. Perusahaan yang sering pesan yakni Astra, Mustikaratu yang diperbantukan ke sekolahan-sekolahan," kata Subari.

Harga gamelan yang  dibuatnya, kata dia, antara Rp20 juta hingga Rp100 juta per set.

"Harga satu set tergantung bahan, ukuran, dan motifnya. Kalau bahan baku dari kayu jati dan mahoni, harganya diatas Rp50 juta, sedangkan yang terbuat dari kayu nangka Rp20 juta hingga Rp35 juta. Bahan lainnya yakni besi, kuningan, bambu, pralon, tulang kerbau," kata dia.

Kata dia, satu set gamelan terdiri atas gamelan, gong, kenong kethuk, gambang, gender, slentem, demung, saron, barung, bonang, peking, sinter, rebab, kempyang dan suling.

"Untuk membuat satu set gamelan dibutuhkan waktu selama dua bulan yang melibatkan sedikitnya 10 orang perajin. Kami mempekerjakan pemuda di sekitar sini, supaya budaya pembuatan gamelan tidak punah," kata dia.

Permintaan gamelan yang sedang digandrungi, kata dia, gamelan untuk jatilan dan reog. Karena, di Gunung Kidul saat ini sedang berkembang pesat kesenian tersebut.

"Harga untuk satu set gamelan jatilan dan reog masih berkisar Rp10 juta-an," kata dia.(KR-STR)