Jakarta (antarasulteng.com) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pengelolaan risiko global dengan menyikapi kondisi terkini di AS dan Tiongkok bisa menjadi salah satu kunci untuk mengawal kinerja APBN 2017.
"Kita tetap optimistis, tapi tetap berhati-hati dalam melihat kondisi global," kata Sri Mulyani saat melakukan rapat kerja dengan Komisi XI membahas evaluasi pelaksanaan APBN 2016 dan outlook ekonomi 2017 di Jakarta, Rabu.
Sri Mulyani menjelaskan saat ini belum ada kebijakan yang jelas dari AS terkait program proteksionisme perdagangan yang dijanjikan oleh Presiden terpilih Donald Trump dalam masa kampanye.
Hal ini, kata dia, bisa menimbulkan risiko dan ketidakpastian karena belum jelas arah dan dampaknya kepada sektor perdagangan internasional serta negara-negara berkembang.
"Pelarangan perusahaan AS melakukan relokasi dan memberikan tarif besar bagi barang luar negeri, akan mempengaruhi perekonomian AS dan juga dunia, karena pasar mereka jadi sumber negara berkembang," kata Sri Mulyani.
Menurut dia, sikap untuk mengurangi kerja sama perdagangan internasional ini juga bisa mempengaruhi kondisi di Tiongkok dan Indonesia yang selama ini menjadi mitra dagang utama negara tersebut.
"Kalau dihubungkan dengan Tiongkok, akan terlihat pengaruhnya di kita melalui penerimaan PPh yang berasal dari kegiatan ekspor impor maupun bea masuk. Ini kita perhatikan terus baik dari sisi volume maupun harga," ujar Sri Mulyani.
Selain itu, risiko lainnya terkait rencana bank sentral AS (The Fed) yang ingin menyesuaikan suku bunga acuan selama tiga kali pada 2017, juga harus diantisipasi secara berhati-hati.
"Kalau The Fed melihat perekonomian AS terakselerasi, inflasi akan pick up, maka The Fed akan menaikkan bunga, seperti yang pernah disampaikan sebanyak tiga kali dalam tahun ini," ujarnya.
Sri Mulyani memastikan kombinasi kebijakan perdagangan dan fiskal AS ini bisa meningkatkan inflasi maupun harga komoditas global, sehingga bisa mempengaruhi kinerja perekonomian nasional.
Pemerintah dalam APBN 2017 menetapkan asumsi pertumbuhan ekonomi 5,1 persen, inflasi 4,0 persen, tingkat bunga SPN 3 bulan 5,3 persen, nilai tukar rupiah Rp13.300 per dolar AS.
Selain itu, asumsi makro lainnya adalah harga ICP minyak 45 dolar AS per barel, lifting minyak 815 ribu barel per hari dan lifting gas 1.150 ribu barel setara minyak per hari.
"Untuk tingkat bunga SPN 3 bulan, mungkin ini saya anggap paling berisiko, karena kondisi AS akan meningkat lebih tinggi, kita justru asumsikan lebih rendah. Jadi ini yang perlu kita lihat lagi. Kita minta DJPPR untuk melihat ini dengan seksama," kata Sri Mulyani.
Berita Terkait
Sri Mulyani bahas inisiatif JFHTF dengan Uni Eropa
Jumat, 1 Maret 2024 11:17 Wib
Menkeu bertemu Presiden Bank Dunia guna bahas kerja sama
Jumat, 1 Maret 2024 7:37 Wib
Menkeu sampaikan kinerja positif APBN saat pertemuan dengan Australia
Jumat, 1 Maret 2024 7:34 Wib
Pengamat sebut salaman Sri Mulyani-Prabowo tepis isu miring di publik
Selasa, 27 Februari 2024 9:32 Wib
Airlangga sebutkan anggaran makan siang gratis berkisar Rp15 ribu
Senin, 26 Februari 2024 16:05 Wib
Pemerintah tetapkan defisit APBN 2025 berkisar antara 2,45-2,8 persen
Senin, 26 Februari 2024 16:00 Wib
Sri Mulyani: Ekonomi RI resilien di tengah gejolak perekonomian global
Jumat, 23 Februari 2024 9:54 Wib
Presiden Jokowi sebut silaturahmi dengan tokoh bangsa baik untuk Negara
Kamis, 15 Februari 2024 12:06 Wib