Afuad Saehana, pejuang imunisasi Sulteng

id Imunisasi

Afuad Saehana, pejuang imunisasi Sulteng

Afuad Saehana, Wakil Supervisor Program Imunisasi Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah. (Antarasulteng.com/Fauzi)

Pengambil kebijakan di kabupaten/kota diharapkan lebih proaktif dengan program-progrm imunisasi.
Palu (antarasulteng.com) - Hingga saat ini masih tersisa dua persoalan program imunisasi di Provinsi Sulawesi Tengah yakni pemenuhan akses cakupan pemberian vaksin dan peningkatan pemahaman masyarakat soal pentingnya imunisasi.

"Beberapa daerah di Sulteng masih sangat sulit ditempuh untuk pemberian imunisasi seperti di Kecamatan Marawola Barat, Kabuapten Sigi, Kecamatan Pinembani, Kabupaten Donggala serta sejumlah kecamatan di Kabupaten Banggai," kata Afuad Saehana, Wakil Supervisor Imunisasi Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah.

Calon magister kesehatan masyarakat itu menyebut ada beberapa desa yang harus jalan berhari-hari untuk membawa vaksin imunisasi dasar. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat pria kelahiran 1 Juli 1968 tersebut untuk meningkatkan cakupan imunisasi di daerahnya yang amat luas.

Sudah 23 tahun berjuang di bidang imunisasi dan telah mengalami  susah dan senang pekerjaan yang menuntut kesabaran untuk memberikan layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat karena kesehatan masyarakat diawali dari pemberian vaksin dasar kepada bayi dalam bentuk imunisasi untuk kekebalan penyakit.

"Indikatornya adalah Universal Child Immunization (UCI) di desa dan imunisasi dasar lengkap (IDL)," ujar ayah tiga anak ini.

Untuk akses pemerataan imunisasi di Sulteng, kata dia, pada 2015 sudah berada pada angka 85,3 persen dan target 2016 sebesar 91,4 persen, namun data 2016 belum selesai diverifikasi, tetapi dia optimistis target itu tercapai.

Persoalan sumber daya manusia kata Afuad dan ketersedian vaksin, tidak menjadi masalah hingga saat ini, karena itu sudah menjadi tugas dari pemerintah dan selalu tercukupi.

"Namun terpenting yakni kepedulian pemerintah daerah setempat yang sangat diharapkan. Pengambil kebijakan di kabupaten diharapkan lebih proaktif dengan program-program imunisasi," ujarnya.

Selama 16 tahun menjadi Pengelola Program Imunisasi di tingkat provinsi, Afuad menuturkan pihaknya mendapatkan bantuan antara lain dari Aliansi Global untuk vaksin dan Imunisasi (GAVI) sejak 2007 berupa bantuan mobil operasional, dana operasional dan transportasi petugas pemberi imunisasi.

Pada 2013, GAVI telah memberikan bantuan untuk dua kabupaten, 2015 juga sama di Kabupaten Banggai Laut dan Tojo Una-Una, tahun 2016 di Kabupaten Banggai Kepulauan, Bangai, Buol dan Tolitoli. 

“Kami berharap di tahun 2017, masih ada bantuan untuk kabupaten lainnya.” Katanya.

Sementara terkait tingginya angka kematian ibu dan anak di Sulteng, menurut Afuad sebagian kecil juga ada faktor pemberian imunisasi di dalamnya. Kata dia, jika pemahaman masyarakat akan imunisasi dan pemberian vaksin masih kurang, maka pada akhirnya tingkaat kekebalan tubuh anak akan berkurang.

"Saya juga berharap, pemerintah desa lebih memperhatikan kader-kader kesehatan yang berada di masyarakat, karena mereka merupakan ujung tombank dari layanan kesehatan dasar khsusnya imunisasi yang dilakukan di Posyandu," tutup Afuad.