Anti-Trump, Wonderland Jerman bangun dinding kelilingi AS

id trump

Anti-Trump, Wonderland Jerman bangun dinding kelilingi AS

Tempat wisata Miniatur Wonderland (Miniature Wunderland) di Hamburg, Jerman, memasang tembok berkawat duri di maket wilayah Amerika Serikat (AS) sebagai aksi protes atas kebijakan Presiden Donald Trump yang berencana membuat pagar permanen di batas wilayah AS dan Meksiko. (ndr.de)

Hamburg (antarasulteng.com) - Tempat wisata Miniatur Wonderland Jerman, yang menampilkan miniatur berbagai wilayah belahan dunia, memasang dinding mengelilingi Amerika Serikat (AS) sebagai aksi anti-kebijakan Presiden Donald Trump berencana membangun dinding di perbatasan negaranya dengan Meksiko. 

Tampilan di Miniatur Wonderland (Miniature Wunderland) , yang menurut Trip Advisor adalah tujuan utama wisata di kota Hamburg, terkenal di kalangan wisatawan, termasuk beberapa dari AS, yang biasanya tertarik pada miniatur kereta api.

Pengunjung sejak Jumat (3/2) bisa mengintip di atas miniatur dinding beton, yang di atasnya ditutup dengan kawat untuk melihat tempat kecil, seperti, gunung Rushmore dan cakrawala Las Vegas, demikian laporan kantoe berita Xinhua.

Semboyan "Biarkan dunia menjadi hebat lagi" tertulis di dinding itu, merujuk pada slogan kampanye Trump, "Buat Amerika hebat lagi". 

"Saya tidak ingin memberitahu siapa pun apa yang harus dipikirkan. Semua orang harus melihat dinding itu, dan kemudian memutuskan terlepas dari apakah mereka merupakan kelompok kiri, kanan, atau tengah," kata Gerrit Braun, salah satu pendiri Miniatur Wonderland.

Ia menimpali, "Yang penting adalah orang-orang berpikir tentang hal itu."

Ryan Ott, seorang turis dari AS, pun berkata, "Saya pikir ini lelucon bagus dan dibutuhkan dunia, saya pikir, untuk membantu mengatasi yang terjadi di negara kami."

Sementara itu, pengacara pemerintah mengatakan kepada surat kabar "Washington Post" bahwa sudah lebih dari 100.000 visa dicabut sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan perintah eksekutif menyangkut kebijakan imigrasi pekan lalu.

Berdasarkan atas perintah ditandatangani Trump itu, pengungsi dan warga dari tujuh negara Timur Tengah dan Afrika Utara untuk sementara dilarang masuk ke AS.

Namun, Departemen Luar Negeri AS mengatakan jumlah visa yang dicabut berdasarkan perintah Trump itu tidak mencapai 60.000.

Pengacara itu mengungkapkan data tersebut dalam sidang penuntutan hukum yang diajukan oleh dua pria bersaudara warga Yaman.

Gedung Putih mengecilkan dampak yang ditimbulkan oleh perintah eksekutif Trump terhadap masyarakat. Kekacauan dan unjuk rasa bermunculan di bandar-bandar udara di berbagai wilayah AS Jumat lalu.

Melalui perintah yang ditandatangani Trump pada 27 Januari itu, pengungsi dari seluruh dunia untuk selama 120 hari dilarang memasuki wilayah Amerika Serikat. Para warga dari tujuh negara, yang disebut "negara-negara yang dikhawatirkan merupakan sumber terorisme", selama 90 hari dilarang masuk ke AS.

Ketujuh negara yang dimasukkan dalam larangan memasuki AS adalah Iran, Irak, Libya, Suriah, Somalia, Sudan dan Yaman.

Jumlah penduduk di ketujuh negara itu mencapai 130 juta orang.

Pada Minggu lalu, puluhan ribu orang berunjuk rasa di depan Gedung Putih, di lebih dari 30 bandara AS dan di pusat kota-kota besar, termasuk Boston, Philadelphia, Atlanta, Los Angeles, Seattle dan Chicago.