Minat Pengrajin Tenun Donggala Terus Merosot

id donggala

Minat Pengrajin Tenun Donggala Terus Merosot

Salah satu motif tenun yang ada di Indonesia (ANTARA Sulteng/Basri Marzuki)

Palu,  (antarasulteng.com) - Minat masyarakat di basis-basis pertenunan di Kabupaten Donggala dan Kota Palu, Sulawesi Tengah untuk menenun belakangan ini terus merosot sehingga dikuatirkan dapat mengancam eksistensi tenun warisan produksi lokal.

"Khususnya tenun yang menggunakan alat tenun bukan mesin, sekarang semakin sedikit jumlahnya. Tunjukkan kepada saya mana saja sentra-sentra tenun ATBM yang produktif," kata Sekretaris Asosiasi Tenun Donggala Imam Basuki pada Fokus Group Diskusi yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia di Palu, Jumat sore.

Diskusi terfokus itu dilaksanakan BI guna mendapatkan masukan dari pelaku usaha dan pengrajin terhadap usaha warisan peradaban masyarakat lokal itu.

Produk tenun Donggala saat ini diproduksi melalui ATBM dan gedokan (tradisional).

Di Kabupaten Donggala umumnya masih menggunakan gedokan, sementara 90 persen pengrajin di Kota Palu menggunakan ATBM.

Menurut Imam tenun Donggala melalui gedokan relatif masih stabil dibanding ATBM. Salah satu penyebab merosotnya produk ATBM tenun Donggala karena minat pengrajin terus menurun untuk mengembangkan tenun khas Kota Palu dan Donggala itu.

Merosotnya minat pengrajin tersebut juga diakui salah satu pemilik usaha ATBM dari Watusampu Hj Ratma.

Beberapa tahun sebelumnya ATBM miliki Ratma masih aktif beroperasi sebanyak 13 unit, namun saat ini hanya beroperasi enam unit.

Dia mengatakan beberapa tahun sebelumnya pesanan kain tenun Donggala melalui usahanya masih mencapai ratusan lembar, namun belakangan kian merosot.

"Dulu saya pernah dapat pesanan sampai 300 lembar, tapi sekarang sudah menurun drastis," katanya.

Masalah klasik kata Ratma, pengrajin juga diperhadapkan pada bahan baku yang sebagian besar diperoleh dari pulau Jawa.