PM Australia: Indonesia buktikan Islam-Demokrasi kompatibel

id jokowi

PM Australia: Indonesia buktikan Islam-Demokrasi kompatibel

Presiden Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull (kiri) pada hari ketiga rangkaian KTT IORA ke-20 tahun 2017 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (7/3/2017). KTT IORA 2017 tersebut diharapkan dapat meningkatkan dan memperkuat kerja sama maritim

Indonesia adalah bukti bahwa Islam, demokrasi, dan moderasi bisa kompatibel
Jakarta (antarasulteng.com) - Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengatakan, Republik Indonesia merupakan bukti bahwa antara agama Islam dan prinsip-prinsip demokrasi modern dapat berjalan berdampingan.

"Indonesia adalah bukti bahwa Islam, demokrasi, dan moderasi bisa kompatibel," kata Malcolm Turnbull dalam konferensi pers di hari terakhir penyelenggaraan KTT Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia (IORA) di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, Indonesia telah memberikan contoh terkait hal tersebut, seperti terindikasi dari kepemimpinan RI di KTT IORA 2017 yang telah menghasilkan Deklarasi tentang Mencegah dan Mengatasi Terorisme dan Ekstremisme Kekerasan.

Dalam deklarasi tersebut, negara anggota IORA mencapai kesepahaman bersama untuk mengecam terorisme dan ekstremisme kekerasan dalam segala bentuk dan perwujudannya.

Untuk itu, IORA juga berkeyakinan untuk berdiri bersama mencegah dan mengatasi ancaman hal tersebut serta mempromosikan pesan positif terkait respek, toleransi, keberadaan bersama, inklusif, keberagaman dan kohesi sosial.

Sebelum IORA, sejumlah tokoh Islam Indonesia dan Raja Arab Saudi Sri Baginda Khadimul Haraman Al-Syarifain Raja Salman Bin Abdul Aziz Al-Saud bersama Presiden Joko Widodo telah membahas upaya penciptaan perdamaian di Indonesia.

"Arab Saudi dan Indonesia itu diikat oleh kesatuan akidah dan raja mengimbau untuk menegakkan moderasi dan toleransi, menjauhkan ekstrimisme dan terorisme dan membangun solidaritas," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat ditemui di halaman Istana Merdeka, Kamis (2/3).

Terdapat 36 tokoh Islam yang termasuk dalam daftar menemui Raja Salman di Istana Merdeka bersama Presiden Joko Widodo antara lain Ketua Umum PP Muhammadiyah KH Haedar Nasir, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, Ketua Dewan Pertimbangan MUI KH Din Syamsuddin, Pimpinan Pesantren Modern Gontor Ponorogo Hasan Abdullah Sahal, Pimpinan Pondok Pesantren Walisongo Asembagus Situbondo KH Kholil Asad serta Ustad Arifin Ilham dan Ustad Yusuf Mansur.

Sebelumnya, Grand Syeikh Al Azhar di Mesir, Ahmed Mohammad Ahmed Al Tayyeb, saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan penghargaan kepada Indonesia yang dinilai aktif menyebarkan ajaran nilai-nilai Islam yang damai.

"Indonesia dan Al Azhar akan bekerja sama untuk melakukan dialog antaragama dan antarkomunitas untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang damai," kata Menlu Retno Marsudi, yang menyampaikan hal tersebut setelah bertemu dengan Syeikh Ahmed Mohammad Ahmed Al Tayyeb di Kompleks Al Azhar di Kairo, Mesir pada 5 Februari.

Dalam pertemuan itu, Menlu Retno dan Grand Syeikh Al Azhar sependapat mengenai banyaknya tantangan yang dihadapi dunia Islam saat ini sehingga keduanya berpendapat dibutuhkan kerja sama erat semua unsur di dunia Islam dalam menghadapi tantangan tersebut guna mendorong terciptanya kondisi kondusif bagi perdamaian, stabilitas dan pembangunan yang inklusif, tidak saja di negara negara Islam, namun juga di dunia.