Produksi Pajala Di Sulteng Terus Meningkat

id jagung

Produksi Pajala Di Sulteng Terus Meningkat

Petani jemur jagung (antaranews)

Palu,  (antarasulteng.com) - Produksi padi, jagung dan kedelai (Pajala) di Sulawesi Tengah setiap tahunnya terus meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 1,90 persen padi, 34,80 persen jagung dan 20,25 persen kedelai.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tengah Trie Iriany Lamakampali yang dihubungi di Palu, Rabu, mengatakan peningkatan tersebut terjadi karena luas panen setiap tahunnya juga terus meningkat.

Padi misalnya, jumlah produksi pada 2016 mencapai 1.101.345 ton gabah kering giling, sementara tahun 2015 hanya 1.015.368 ton gabah kering.

Trie mengatakan produksi pada 2015 sedikit mengalami penurunan dibanding tahun 2014 dan 2013 karena dampak dari perubahan iklim sehingga berpengaruh pada jadwal tanam, pertanaman dan produksi petani.

"Tetapi setelah itu produksi kita kembali meningkat dibanding 2014 maupun 2013," katanya.

Pada 2014 produksi padi mencapai 1.022.054 ton dan 2013 sebanyak 1.031.364 ton.

Sementara itu produksi jagung pada 2016 sebanyak 316.815 ton. Jumlah tersebut kata Trie, meningkat tajam dibanding 2015 yang hanya 131.123 ton.

Trie mengatakan produksi jagung pada 2015 juga turun karena pengaruh dampak perubahan iklim yang melanda hampir seluruh daerah di Sulawesi Tengah.

Pada 2014 produksi jagung lebih tinggi dibanding 2015 yakni 170.203 ton dan 2013 sebanyak 139.266 ton.

Demikian halnya produksi kedelai juga naik pada 2016 meskipun kenaikannya tidak sebesar peningkatan produksi jagung tetapi cukup menggembirakan dengan produksi mencapai 15.418 ton.

"Kalau kita mau bandingkan dengan produksi 2012 hanya 8.202 ton, berarti peningkatan produksi kedelai kita cukup menggemberikan," katanya.

Menurut Trie Sulawesi Tengah termasuk salah satu daerah yang unik dibanding daerah lainnya karena peningkatan produksinya merata baik padi, jagung maupun kedelai.

Sementara di daerah lain kata dia, jika jagung meningkat, produksi padi justru tertekan. Demikian halnya kedelai.

Hal itu terjadi karena sebagian petani memanfaatkan lahan padinya untuk ditanami jagung.

"Beda dengan kita di Sulteng, kita justru dorong memanfaatkan lahan-lahan tidur dan kering," katanya.