Jadilah bagian dari Solusi

id DKP

Jadilah bagian dari Solusi

Kepala Dinas KP Sulteng Hasanuddin Atjo (Antarasulteng.com/Istimewa)

Solusi akomodatif-implementatif hanya akan lahir dari pemimpin yang berkarakter solusi.
SOLUSI adalah jalan keluar dari sebuah masalah atau hambatan, yang disepakati melalui proses dialog atau musyawarah.

Dalam praktiknya, peserta sebuah dialog akan terbagi menjadi tiga kelompok besar yaitu kelompok yang berkarakter solusi; Kelompok yang berkarakter masalah; dan kelompok wait and see.

Dialog akan berkepanjangan bahkan sampai deadlock bila kelompok yang berkarakter solusi dan masalah komposisinya seimbang.

Bila dialog itu kemudian dimenangi oleh kelompok berkarakter solusi, maka kelompok yang wait and see  akan ikut secara sukarela. Sebaliknya bila dimenangkan oleh kelompok berkarakter masalah, maka kelompok wait and see akan ikut dengan terpaksa. 

Solusi yang dihasilkan oleh kelompok masalah cenderung labil dan rentan  serta tidak berumur panjang, karena tidak mengakomodasi keinginan banyak peserta yang pada hakekatnya menjadi sebuah kebutuhan. 

Hasil yang diinginkan oleh peserta dari sebuah dialog sesungguhnya adalah solusi yang akomodatif dan implementatif, bukan solusi yang akomodatif tetapi tidak implementatif. 

Selanjutnya yang ingin kita ketahui mengapa  ada kelompok yang berkarakter masalah bukan solusi, dan kedua bagaimana merubah kelompok yang berkarakter masalah ke solusi, serta bagaimana melahirkan solusi yang akomodatif dan implementatif. 

Karakter Masalah VS Solusi 

Karakter dari seseorang yang berorientasi masalah terbangun dari sebuah kecenderungan berpikir dan bertindak untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu bukan untuk kepentingan umum atau yang lebih besar.

Berkarakter seperti ini cenderung berpikir instan; lebih suka lompat jendela atau tidak mau susah dan mau aman; serta lebih sering "membenarkan yang biasa". Secara berkepanjangan kelompok ini tidak berkeinginan keluar dari zona nyaman atau comfort zone dan senantiasa berupaya mempertahankan zona nyaman itu dengan menggunakan berbagai upaya. 

Contoh dari karakter masalah dapat dilihat dari program pemberdayaan masyarakat. Dahulu untuk program itu, Pemerintah memberikan bantuan stimulan melalui lembaga ekonomi yang namanya KUD (Koperasi Unit Desa).

Saat itu orang berlomba-lomba untuk menjadi unsur ketua atau pengurus inti dari KUD tersebut, dan kemudian pada akhirnya nasib lembaga itu tidak jelas dan bubar, karena pengelolaanya dominan dilakukan oleh  orang-orang yang berkarakter masalah bukan solusi dan sampai-sampai akronim KUD pada saat itu di plesetkan menjadi ketua uutung duluan

Selanjutnya bagaimana dengan karakter yang berorientasi solusi?.  Karakter ini terbangun, dikarenakan oleh kebiasaan berpikir, bertindak mengedepankan kepentingan yang lebih besar; orientasi proses dan tidak instan; serta membiasakan melakukan yang hal benar, bukan membenarkan hal-hal yang biasa. 

Sebagai contoh juga pada program pemberdayaan masyarakat. Saat ini Pemerintah memberikan bantuan stimulan tetap melalui lembaga ekonomi masyarakat yang namanya KUB (Kelompok Usaha Bersama). Dan yang membedakan dengan KUD salah satunya terletak pada proses rekrutmen pengurusnya.  

Realitas menunjukkan karena perbedaaan cara rekruitmen, maka KUB yang tumbuh kemudian berkembang dan sukses dan akhirnya punya reputasi adalah KUB-KUB yang dipimpin oleh ketua yang lebih mengedepankan kepentingan anggotanya, bukan dirinya. 

Banyak contoh yang dapat menjadi referensi seperti pengalaman nyata sebuah KUB di Sulawesi Tengah. KUB tersebut mendapat bantuan motor tempel (katinting) untuk mencari ikan. Hanya saja jumlah bantuan kurang satu unit , maka kemudian dilakukanlah musyawrah untuk mencari solusi dan diputuskan bahwa ketua KUB mendapat giliran berikutnya dari perputaran bantuan stimulan itu. 

Ini adalah contoh betapa pentingnya pemimpin yang berorientasi solusi dan merupakan solusi yang akomodatif dan implementatif. 

Solusi Akomodatif-Implementatif 

Solusi akomodatif-implementatif hanya akan lahir dari pemimpin yang berkarakter solusi dan didukung oleh pengikut yang dominan berkarakter sama. Yang menjadi persoalan kemudian adalah bila pengikutnya dominan berkarakter masalah. Kondisi seperti ini banyak terjadi di lembaga atau organisasi yang baru tumbuh atau organisasi yang kurang berkembang. Yang sangat parah lagi adalah kalau pemimpin berkarakter masalah. 

Pemimpin berkarakter solusi dengan pengikutnya dominan berkarakter masalah harus bekerja keras untuk mengembangkan organisasinya agar bisa melahirkan solusi atau regulasi yang akomodatif dan implementatif. 

Diperlukan waktu relatif lama bergantung strategi dan kemampuan dari pemimpinnya. Ada yang satu tahun dan bahkan ada yang satu periode (lima) tahun bergantung kepada reputasi pimpinannya. Jadi pemimpin yang punya reputasi adalah pemimpin yang salah satu 'attitudenya' berkarakter solusi. 

Kadangkala pemimpin mendapat resistensi bahkan sampai kepada fitnah yang diarahkan kepada upaya pembunuhan karakter. Kejadian seperti ini biasanya dilakukan oleh pengikutnya yang ingin bertahan di zona nyaman atau dilakukan oleh lawan politik yang bertujuan menggeser posisinya. 

Pemimpin yang ideal tak boleh surut dengan tekanan itu, malah harus lebih termotivasi untuk membalikkan persoalan bahwa apa yang menjadi tujuannya sesungguhnya untuk menjadi lebih baik. *) Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah