10 Perusahaan Beroperasi Di Morowali Industrial Park

id IMIP

10 Perusahaan Beroperasi Di Morowali Industrial Park

Koordinator Media Relation dan Publikasi PT IMIP, Dedy Kurniawan. (www.antarasulteng.com/Fauzi )

IMIP merupakan perusahaan pengelola kawasan industri pertambangan khususnya bahan mineral nikel
Palu, (antarasulteng.com) - Sepuluh perusahaan beroperasi di kawasan industri yang dikelola PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.

"IMIP merupakan perusahaan pengelola kawasan industri pertambangan khususnya bahan mineral nikel," kata Koordinator Relasi Media dan Publikasi PT IMIP, Dedy Kurniawan di Palu, Senin.

PT IMIP merupakan perusahaan pengembang kawasan industri terintegrasi. Perusahaan ini merupakan hasil kerja sama antara Tsinghan Group dari Tiongkok dan Bintang Delapan Grup dari Indonesia.

Sepuluh perusahaan itu, kata dia, di antaranya PT Bintang Delapan Mineral (BDM) yang merupakan "founding father" Bintang Delapan Group menuju perusahaan raksasa dunia berbasis nikel dengan luas area IUP 21.659 hektare.

Pada tahun 2013, saat regulasi pembatasan ekspor bahan baku mentah, BDM menunjukan eksistensinya dengan membangun smelter yang sekarang disebut sebagai PT Sulawesi Mining Invesment.

Di IMIP beroperasi pula PT Sulawesi Mining Invesment memulai konstruksi 2013 akhir dengan luas area 66 hektare dengan menghasilkan produk nikel pig iron (NPI) sebesar 300.000 MT per tahun dan beroperasi sejak Januari 2015 SMI juga ditunjang dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 65x2 MW.

Kemudian, PT Indonesia Guan Ching Nickel and Stainless Stell Industri (GCNS) dengan luas area 66,68 hektare merupakan salah satu perusahaan BUMN Tiongkok yang mengawali pembangunan di area kawasan industri dengan target produksi 600 ribu MT dan PLTU 150x2 MW.

Lalu, PT Decent Stainless Stell merupakan perusahaan yang berkosentrasi pada produk akhir stainless batangan dengan target produksi 1 juta ton per tahun.

Ada pula PT Indonesia Tsingsang Stainless Steel merupakan perusahaan dengan produksi akhir stainless steel dengan kapasitas 1 juta ton per tahun dan pembangkit listrik tenaga uap 2x150 MW. Perusahaan ini memiliki luas area sebesar 58 hektare.

Serta, PT Broly Nickel Industry merupakan perusahaan pengelolaan nikel dengan teknologi terbarukan.

Dan, PT Bintang Sarana Selaras, perusahaan dalam kawasan yang terkonsentrasi pada pembangunan, dan pengelolaan rumah susun sewa.

Lalu, PT Bintang Delapan Terminal merupakan perusahaan yang bertanggung jawab pada arus lalu lintas pelabuhan kawasan industri dengan target dan daya berlabuh 600 ribu MT.

PT Saka Dirgantara Energy merupakan perusahaan yang bertanggung jawab pada pengelolaan bandara kawasan.

Serta, PT Morowali Mitra Perkasa yang merupakan perusahaan sektor bongkar muat di area pelabuhan kawasan industri.

Dedy menggungkapkan berbagai keunggulan yang dimiliki PT IMIP yakni di kawasan IMIP telah berdiri lima smelter dengan berbagai produk dan kapasitas produksi.

Smelter PT Sulawesi Mining Investment yang diresmikan pada 29 Mei 2015 berkapasitas produksi 300 ribu metrik ton nickel pick iron (NPI) per tahun.

Smelter PT GCNS yang diresmikan pada 22 Maret 2016 berkapasitas produksi 600 ribu ton NPI pertahun. Selain itu, PT GCNS juga memiliki pabrik stainless steel berkapasitas produksi 1 juta metrik ton pertahun. Smelter PT ITSS berkapasitas produksi 600 ribu metrik ton NPI per tahun dan satu juta ton stainless steel slab per tahun.

"Di kawasan IMIP juga dibangun pabrik ferro chrome berkapasitas produksi 600 ribu ton per tahun. Ini untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri stainles steel," kata Dedy yang pernah menjadi jurnalis di sejumlah media di Kota Palu dan nasional itu.

Di kawasan PT IMIP juga telah beroperasi tiga unit pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan total kapasitas mencapai 1.180 megawatt. Selain itu, juga telah beroperasi pabrik yang menghasilkan oksigen, nitrogen dan argon.

Secara rinci Dedy mengatakan bahwa di kawasan IMIP saat ini telah beroperasi empat pabrik ferro nikel PT Sulawesi Mining Invesment dan PT Indonesia Guan Ching Nickel and Stainless Stell Industri (GCNS).

Satu pabrik nikel murni milik PT Broly Nickel Industry, satu pabrik ferrochrome milik PT Broly Nickel Industry, dua pabrik stainless steel milik PT Decent Stainless Stell dan PT Indonesia Tsingsang Stainless Stell.

Satu pabrik kapur milik PT IMIP, satu pabrik cocas milik PT Sulawesi Mining Invesment, satu pabrik Kabupaten Morowali,steel CRC milik PT Indonesia Tsingsang Stainless Stell dan ada rencana untuk mendirikan pabrik carbon steel dan CRC carbon steel.

"Industri yang kami kembangkan seluruhnya berbasis nikel. Semoga dalam waktu yang tidak terlau lama lagi kami sudah bisa membangun industri hilirnya," kata Dedy.

Menurut Dedy, seluruh pabrik tersebut terkoneksi dengan pelabuhan yang telah dibangun di kawasan PT IMIP dan mampu disandari kapal hingga berbobot 100 ribu DWT. (FZI)