Konstruksi Tower SUTT PLN Poso-Palu Perlu Dievaluasi Menyeluruh

id PLN

Konstruksi Tower SUTT PLN Poso-Palu Perlu Dievaluasi Menyeluruh

Tower PLN di tepi Sungai Puna Poso yang roboh pada Senin (24/4). (Antarasulteng.com/Istimewa)

Syaifullah: Kalau pondasi tower-tower itu sama dengan yang roboh ini, potensi roboh berikutnya masih sangat berpeluang terjadi meski dengan pemicu yang berbeda selain banjir.
Palu (antarasulteng.com) - PT. PLN tampaknya perlu melakukan evaluasi ulang terhadap konstruksi tiang-tiang tinggi (tower) transmisi listrik tegangan tinggi (SUTT) dari Poso ke Kota Palu, tekait robohnya sebuah tower di tepian Sungai Puna, Kecamatan Poso Pesisir, pada Senin (24/4).

Pengamat teknik struktur di Kota Palu, Ir H Syaifulah Djafar, MSi menyatakan bahwa robohnya tower transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kilo volt milik PLN perlu dilakukan evaluasi, khususnya dari aspek konstruksinya.

"Jika melihat gambar-gambar tower yang rubuh di media saat ini, terlihat memang agak janggal pada konstruksi pondasinya," katanya saat dihubungi di Kota Palu, Selasa.

Dia menjelaskan ada beberapa hal yang perlu dilakukan evaluasi yakni dimensi pondasi yang tampaknya terlalu kecil dibanding dengan konstruksi tower yang harus dipikul oleh pondasi tersebut.

"Apalagi towernya memikul bentangan kabel yang melahirkan beban momen yang sangat besar," ungkapnya.

Kemudian, kata Syaifullah, angker dari tower ke pondasi terlihat sangat sederhana dan hanya tampak satu angker saja. Akibatnya kekuatan tekan beton pada konstruksi pondasi sangat lemah.

"Terlihat pondasi dari tower itu pecah," ujarnya.

Menurut dia, sangat penting evaluasi dilakukan oleh tim teknis dari pihak PLN, karena pertanyaanya sangat jelas, apakah konstruksi pondasi tower memang harus seperti itu.

"Terlepas dari ada bajir atau tidak, seperti pernyataan resmi PLN karena penyebabnya adalah banjir bandang," terang Syaifulah.

Lebih dari itu, kata Kepala Dinas PU Bina Marga Sulteng tersebut, jika konstruksi pondasi masih tetap sama pada tower-tower lainnya, maka potensi rubuh akan tetap ada dengan pemicu lain selain banjir.

Selain itu, ada kemungkinan bahwa mutu baja dari konstruksi tower juga rendah, karena terlihat pada foto itu, baja sangat rapuh dan terlihat robek.

Dia menyarankan agar evaluasi dilakukan untuk empat poin penting yakni dimensi atau ukuran pondasi, struktur angker, kekuatan beton karakteristik di pondasi dan kekuatan tarik dari baja yang menjadi bahan konstruksi tower.

"Khusus dimensi pondasi, idealnya tidak seragam atau sama ukurannya untuk semua tower. Tiap titik tower mestinya berbeda, tergantung dari karateristik tanah setempat, apalagi kalau daerah yg rawan banjir, dimensi pondasi harusnya berbeda dengan daerah normal," tutup Syaifullah.

Sebelumnya PLN melaporkan bahwa tiang tinggi transmisi SUTT 150 kilo volt yang menghubungkan jaringan listrik dari PLTA Poso ke Gardu Induk Sidera, Kabupaten Sigi yang berdiri di dekat aliran Sungai Puna, Poso, roboh dihantam banjir pada Senin (24/4) sekitar 08.30 Wita.

Akibatnya sebagian wilayah Sulawesi Tengah, terutama yang dilayani sistem kelistrikan Palu, Donggala, Parigi dan Sigi (Palapas) harus mengalami pemadaman bergilir karena stok daya yang dimiliki tidak mencukupi untuk memenuhi seluruh kebutuhan pelanggan.

General Manajer PLN Wilayah Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo Baringin Nababan dalam siaran persnya menyampaikan bahwa tim `task-force` yang terdiri atas Tim Pemeliharaan Penyaluran AP2B Minahasa, Tim Pemeliharaan UPT Makassar, dan Tim Jasa Stringing Mitra UPP Pembangkit dan jaringan Sulteng tengah bekerja untuk melakukan pemulihan.

Tower transmisi SUTT 150 Kv No.46 yang roboh itu berada di Desa Tabalu, Kecamatan Poso Pesisir. Pondasi tiang tinggi tergerus air Sungai Puna yang meluap menyusul hujan deras yang mengguyur daerah itu.

Upaya perbaikan tiang tersebut diperkirakan memakan waktu selama delapan hari dan PLN akan melakukan pemadaman bergilir secara proporsional.