Abdullah Latopada: Ramadhan Ala Bimbo

id Abdullah Latopada

Abdullah Latopada: Ramadhan Ala Bimbo

Kakanwil Kemenag Sulteng Abdullah Latopada (www.antarasulteng.com/Istimewa)

Ramadhan seharusnya merupakan bulan pembentuk jatidiri dan kebiasaan-kebiasaan yang baik bagi setiap muslim dan muslimah.
Palu, (antarasulteng.com) - “Ada anak bertanya pada bapaknya, buat apa berlapar-lapar puasa? Ada anak bertanya pada bapaknya, tadarrus tarawih apalah gunanya? Lapar mengajarimu rendah hati selalu. Tadarrus artinya memahami kitab suci. Tarawih mendekatkan diri pada Ilahi…..”.

Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Sulawesi Tengah, Abdullah Latopada menyataka setiap jelang datangnya bulan suci Ramadhan, lirik dan rytim tembang lawas di atas selalu mengisi ruang memorinya. Ya, tidak salah, senandung ciptaan Bimbo, group musik asal kota kembang Bandung itu, memang diciptakan khusus untuk memuliakan Ramadhan. 

Bulan yang selalu dan selalu dirindukan oleh umat Islam. Ditambah dengan narasi yang puitis dan agamis hasil renungan sastrawan senior Taufik Ismail, membuat kaum muslimin dan muslimat yang mendengarkan akan tersentuh nuraninya.

Judulnya pun terbilang  unik dan tidak biasa. Ada anak bertanya pada bapaknya. Lagu ini menuturkan dialog spontanitas yang terjalin antara sang anak dengan bapaknya. Alur dialog ini mengalir sederhana terkait aktivitas rutin yang selalu terjadi dalam bulan yang lebih mulia dari seribu bulan.

“Point yang bisa kita unggah dari lagu ini, apa itu makna puasa, tadarrus, serta tarawih. Last but not least. Tembang syahdu bergenre qasidah dan balada ini diakhiri dengan ajakan untuk ikhlas bersedekah. Sederhanakan?,” katanya.

Ramadhan seharusnya merupakan bulan pembentuk jatidiri dan kebiasaan-kebiasaan yang baik bagi setiap muslim dan muslimah. 

Di bulan yang mulia ini di samping melaksanakan kewajiban puasa, seseorang muslim dapat membentuk kepribadian positif yang bisa memunculkan empati bagi sesama, terutama bagi kaum dhuafa. 

Secara psikologis emprik, manusia yang menahan lapar dalam waktu tertentu (berpuasa), akan muncul sifat tawaddu atau rendah hati.

Dan apa itu pula tadarrus? Dalam bulan Ramadhan adalah saat awal mula diturunkan kitab suci Al-Qur’an ke muka bumi. Adapun ayat pertama yang turun berisi kata perintah untuk “membaca”. Kemudian diakhiri pada ayat ke 5, yang mengajarkan kepada manusia tentang apa yang belum diketahuinya, (QS. Al-Alaq 1-5).

Muslim sejati adalah muslim yang memahami isi kandungan Al-Qur’an secara lengkap. Sebab dalam kitab suci itu dijelaskan berbagai hal komprehensif dan sempurna (kaffah). 

Maka, pada bulan yang nilai pahalanya berlipat-ganda, ketika melakukan ibadah dan muamalah, bila dibandingkan dengan bulan lain, adalah saat yang tepat untuk mempelajari, memahami, dan mengamalkan kandungan isi Al-Qur’an.

Tarawih hanya ada pada bulan ini saja dan hukumnya melaksanakan ibadah ini, adalah sunnah muakkad. Artinya sesuatu perbuatan yang sangat dianjurkan. Sedangkan makna tarawih itu sendiri adalah istirahat. 

Artinya, setelah shalat didirikan dua rakaat lalu istirahat sejenak diselingi pembacaan doa singkat. Kemudian dilanjutkan lagi, begitu seterusnya hingga selesai. Ini dilakukan semata untuk mendekatkan diri pada Ilahi. Bisa dikatakan shalat tarawih sebagai ikonnya bulan Ramadhan.

Jawaban atas tiga pertanyaan polos dan spontan dari sang anak kepada bapaknya di atas, dapat kita sarikan bahwa ibadah Ramadhan tidak sekadar ibadah ritual yang bersifat biologis semata. 

Lebih dari itu, ibadah dalam bulan yang mulia ini mempunyai beberapa fungsi urgen bagi pribadi muslim dan muslimah sejati. Antara lain, membentuk jiwa sosial hingga meningkatkan kecerdasan spritual, emosional, dan intelektual. (FZI)