Sulteng Peringkat Tujuh Balita Pendek Di Indonesia

id kesehatan

Sulteng Peringkat Tujuh Balita Pendek Di Indonesia

Ilustrasi (antaranews)

Kami masih menggunakan data itu sebagai rujukan terakhir
Palu,  (antarasulteng.com) - Pemantauan status gizi tahun 2016 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan mencatat Provinsi Sulawesi Tengah berada di peringkat ketujuh tertinggi untuk kasus balita pendek atau "stunting" di Indonesia.

"Kami masih menggunakan data itu sebagai rujukan terakhir," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Sulteng, Nurhasni di Palu, Kamis.

Nurhasni menjelaskan hasil pemantauan status gizi 2016, untuk bayi di bawah lima tahun (balita) dengan tinggi badan rendah atau "stunting" dilihat dari indeks tinggi badan menurut umur (TB/U). Sulteng berada pada peringkat tujuh tertinggi di Indonesia dengan besaran 32 persen. Sementara untuk nasional berada pada angka 27,5 persen.

Prevalensi tertinggi berada di Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) dengan angka 39,7 persen dan terendah di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 19,2 persen.

Angka prevalensi "stunting" itu didapatkan dari data PSG) yang dilakukan setiap tahunnya untuk anak dengan umur 0 sampai 23 bulan.

"`Stunting` atau balita yang pendek berbeda dengan cebol, jadi defenisinya adalah pertumbuhan anak yang tidak sebanding antara berat badan, tinggi badan dan umur," ujar Nurhasni.

Selain itu, kata dia, tubuh pendek pada masa anak merupakan akibat kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.

"Bayi dikatakan `stunting` jika lahir dengan tinggi badan di bawah 48 centimeter serta untuk balita dihitung berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)," ungkapnya.

Sementara untuk penyebab masalah gizi, kata dia, saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya seperti rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi. Pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan bayi dan anak serta rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih.

Karena itu, kata dia, penurunan prevalensi balita pendek merupakan satu dari empat program prioritas pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019.

Sehingga, kata dia, situasi gizi masyarakat juga mempengaruhi pertumbuhan bayi dan anak. Salah satu program yang digalakan pemerintah sekarang, yakni gerakan masyarakat hidup sehat.

Ada empat bagian yang menjadi tujuan Germas Hidup Sehat, yakni kesehatan terjaga, produktivitas, lingkungan bersih dan biaya berobat berkurang. (skd)