BPJS Kesehatan Ajak Masyarakat Jauhi Penyakit Katastropik

id bpjs

BPJS Kesehatan Ajak Masyarakat Jauhi Penyakit Katastropik

Ilustrasi (antaranews)

Palu,  (antarasulteng.com) - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Palu terus mengajak masyarakat khususnya pelajar sekolah untuk lebih aktif melakukan pencegahan terhadap penyakit katastropik.

Ajakan itu disampaikan Deputi Direksi BPJS Kesehatan Wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Maluku Utara (Suluttenggo Malut), Lisa Nurena dalam kegiatan promotif preventif di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Negeri 1 Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, Rabu.

Kegiatan itu merupakan rangkaian peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-49 BPJS Kesehatan yang digelar serentak di 13 Sekolah Dasar (SD) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Penyakit katastropik yaitu penyakit yang berbiaya tinggi dan secara komplikasi dapat terjadi ancaman jiwa yang membahayakan jiwanya.

Beberapa penyakit yang termasuk katastropik di antaranya hipertensi (tekanan darah tinggi) yang berpotensi menjadi kronis dan berkomplikasi, misalnya, terjadinya stroke atau serangan jantung.

Lisa berharap pelajar dapat membudayakan pola hidup sehat sejak dini sehingga dapat terhindar dari penyakit katastropik seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kanker, stroke, dan lain-lain.

Selain itu, kata dia, penyakit katastropik cenderung terjadi karena faktor kebiasaan perilaku hidup tidak sehat, misalnya berlebihan mengonsumsi makanan cepat saji, kurang olahraga, gizi tidak seimbang.

"Dari tahun ke tahun, dana jaminan kesehatan yang terserap untuk membiayai penyakit katastropik terus meningkat," ungkapnya.

Sehingga, jika itu dibiarkan dapat membawa dampak kurang baik bagi kualitas kesehatan penduduk Indonesia, maupun keberlangsungan program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

Oleh karenanya, sangat penting mengajarkan anak-anak sejak dini untuk membiasakan berperilaku sehat setiap hari.

Dihadapan 500 pelajar yang hadir, Lisa juga memberikan motivasi untuk membangun rasa kepedulian, kerelaan membantu sesama dan semangat gotong royong dalam diri masing-masing.

"Mari kita bayangkan, jika ada satu orang peserta JKN-KIS melakukan operasi jantung dengan biaya Rp160 juta, dengan iuran rata-rata Rp51 ribu, maka diperlukan sebanyak 3.737 orang peserta JKN-KIS yang sehat dan membayar iuran," jelas Lisa.

Sehingga, kata dia, jika hanya peserta yang sakit saja yang membayar iuran dan tidak membayar iuran lagi ketika sudah sehat, dari mana BPJS Kesehatan bisa membiayai pelayanan kesehatan peserta lainnya yang membutuhkan.

Dalam kegiatan itu, BPJS Kesehatan juga bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia (PERHATI-KL) dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dalam menyediakan pemeriksaan kesehatan telinga, gigi dan mulut pada kegiatan tersebut. (skd)