Lebih dekat dengan Inspektur Jenderal Polisi Idham Azis

id azis

Lebih dekat dengan Inspektur Jenderal Polisi Idham Azis

Dokumentasi Inspektur Jenderal Polisi Idham Azis (tengah). Foto menunjukkan saat dia masih menjadi kepala Polda Sulawesi Tengah dengan pangkat brigadir jenderal polisi. (tribratanews)

Jakarta (antarasulteng.com) - Bagi sebagian publik, nama Idham Azis yang seorang polisi dengan tugas melindungi masyarakat secara hukum, tidak begitu dikenal.

Akan tetapi, beda lagi jika itu ditanyakan ke lingkungan Markas Besar Kepolisian Indonesia. Laki-laki ini sedang dibicarakan di berbagai forum media sosial karena menggantikan Inspektur Jenderal M Iriawan di posisi kepala Polda Metro Jaya. 

Latar belakang Azis --perwira tinggi polisi bintang dua-- sebelumnya adalah kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Kepolisian Indonesia. Akan tetapi, dia lama menghabiskan karir kepolisiannya di lingkungan reserse, termasuk anti terorisme. 

Kepala Kepolisian Indonesia, Jenderal Polisi Tito Karnavian, juga seorang polisi dengan karir di lingkungan sama. Kerja sama di antara Karnavian dan Azis sudah lama terjalin; yang cukup menonjol adalah saat gembong teroris Malaysia, Azhari, dan kawanannya dibekuk di satu kompleks perumahan di ketinggian Batu, Malang, Jawa Timur, pada 2005. 

Saat itu, senior mereka Komisaris Jenderal Polisi Makbul Padmanegara menjadi kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Indonesia. Dia juga pernah menjadi kepala Polda Metro Jaya. Padmanegara yang memimpin langsung operasi penangkapan Azhari dan komplotannya, pada 9 November 2005.

Tidak ada satupun teroris komplotan Azhari hidup dari penggerebekan itu, padahal pengamatan melekat dan penyamaran polisi ke kawanan mereka sudah lebih dari satu semester sebelumnya terjadi. Saat itu, Padmanegara menyatakan kepada pers, terjadi baku-tembak antara mereka dengan Azhari dan komplotannya. 

Adalah Azis yang menembak Azhari saat itu.

Salah satu hasil dari capaian mereka, maka Karnavian, Azis, Petrus Reinhard Golose , dan Rycko Amleza Dahniel dianugerahi penghargaan dari Kepala Kepolisian Indonesia (saat itu), Jenderal Polisi Sutanto, berupa kenaikan pangkat luar biasa satu tingkat. 

Mereka memang sudah cukup lama digadang-gadang akan menjadi pimpinan Kepolisian Indonesia nanti, saat dimana Azis masih menjadi anggota Detasemen Khusus 88 Anti Teror Kepolisian Indonesia bersama koleganya itu. 

Kini, Karnavian sebagai kepala Kepolisian Indonesia, menerbitkan Surat Telegram Rahasia Nomor : STR/1768/VII/2017 tertanggal 20 Juli 2017 terkait mutasi 51 perwira tinggi dan menengah.

Pada surat telegram rahasia itu tertera Azis akan mengisi jabatan baru sebagai kepala Polda Metro Jaya menggantikan Iriawan yang akan dipromosikan menjadi asisten operasi Kepolisian Indonesia, yang bersama Karnavian, mereka memiliki latar belakang karir di dunia reserse. 

Pada masa Orde Baru, hampir semua asisten kepala Kepolisian Indonesia pernah menjadi kepala Polda, atau komandan satuan setingkat. "Aturan main" sama juga berlaku di lingkungan ABRI saat itu. Jadi, seorang asisten kepala Kepolisian Indonesia (atau panglima ABRI), pasti perwira tinggi senior dan hampir pasti pernah jadi kepala Polda.

Mantan Komisioner Komisi Kepolisian Nasional, Edi Hasibuan, menyatakan Azis merupakan perwira tinggi kepolisian yang mengetahui banyak soal terorisme. Jakarta belakangan cukup sering menjadi sasaran teroris.

"Dia mantan wakil kepala Detasemen Khusus 88 Anti Teror banyak pengalaman memberantas berbagai aksi teror," ujar Hasibuan.

Secuplik perjalanan karir Azis lulus Akademi Kepolisian pada 1988. Penugasan perdana dia sebagai letnan dua polisi (saat itu pangkat polisi masih menyesuaikan di ABRI), langsung menjadi anggota perwira Samapta Polres Bandung Polda Jawa Barat. 

Setahun kemudian menjabat kepala Urusan Pembinaan Operasi Lalu-lintas Polres Bandung, kepala Polsek Dayeuh Kolot Polres Bandung, kepala Polsek Majalaya Polres Bandung, kepala Unit VC Reserse Umum Ditreskrimum Polda Metro Jaya, dan wakil kepala Satuan Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya (2001).

Karena memiliki kemampuan yang menonjol pada reserse dan kriminal umum, dia dipercaya menjabat kepala Unit Pemeriksaan Sub Detasemen Investigasi Detasemen Khusus Anti Teror 88, pada 2005. 

Sejak itu karirnya makin mencorong di dunia reserse kriminal, kewilayahan, dan inspektorat. Dia tidak pernah ada di lingkungan pendidikan dan latihan Kepolisian Indonesia. skd)