Bulog Sulteng Salurkan Jatah Rastra Dua Bulan

id rastra

Bulog Sulteng Salurkan Jatah Rastra Dua Bulan

PENYALURAN RASTRA KOTA PALU Warga menerima penyaluran beras sejahtera (Rastra) di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (25/4). Penyaluran Rastra itu merupakan yang pertama kalinya di tahun 2017, terlambat karena pendataan kembali terhadap penerima program Rastra di Sulawesi Tengah. Antarasulteng.com/Mohama

Palu,  (antarasulteng.com) - Bulog Sulawesi Tengah sudah mulai menyalurkan jatah beras untuk warga sejahtera (rastra) untuk dua bulan yakni Juli-Agustus 2017.

Kepala Perum Bulog Sulteng melalui Kepala Bidang Pelayanan Publik Bahar di Palu, Senin, membenarkan jatah rastra dua bulan sudah mulai didistribusikan Bulog kepada rumah tangga sasaran (RTS).

"Untuk sementara, penyaluran rastra baru dilakukan di Kabupaten Donggala, nanti menyusul di Kabupaten Sigi dan Kota Palu," katanya.

Selanjutnya, kata dia, di kabupaten lainnya di Sulteng seperti Parigi Moutong, Banggai, Banggai Kepulauan, Banggai Laut, Tojo Una-una, Poso, Morowali dan Morowali Utara.

Bahar menjelaskan cepat-lambatnya penyaluran rastra di setiap kabupaten dan kota di Provinsi Sulteng sangat ditentukan oleh pemerintah di daerah itu.

Karena mekanisme pendistribusian rastra sesuai petunjuk harus terlebih dahulu mendapat persetujuan pemerintah daerah. Pemda atau Pemkot mengajukan surat permohonan alokasi (SPA) rastra sesuai dengan kuota yang dilakosikan pemerintah kepada Bulog.

Setelah menerima SPA, Bulog kemudian mengeluarkan jatah rastra untuk selanjutnya disalurkan kepada RTS sampai ke titik distribusi kecamatan dan desa/kelurahan.

Selanjutnya, pihak desa/kelurahan yang akan meneruskannya kepada masing-masing penerima beras subsidi di wilayahnya.

Penyaluran rastra di Sulteng, kata Bahar, memang masih ada kendala, terutama banyak desa di provinsi ini yang sampai sekarang belum memiliki prasarana jalan memadai.

Masih banyak desa yang hanya bisa ditempuh dengan menggunakan sepeda motor, bahkan ada desa yang alat transportasi utama adalah naik kuda (kuda pateke/kuda beban).

Seperti di Kabupaten Sigi yang sampai saat ini memang hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki atau naik kuda. Beras untuk RTS di desa itu hanya diangkut oleh kuda beban.

"Kondisi ini sangat memprihatikan. Pemerintah perlu membangunan prasarana jalan memadai untuk membebaskan masyarakat dari keterisolasian," ujar Bahar. (skd)