Bertemu pencipta aplikasi Gojek yang kini dirikan sekolah

id alamanda

Bertemu pencipta aplikasi Gojek yang kini dirikan sekolah

Alamanda Shantika, mantan vice president Gojek yang kini menjadi founder dan CEO sekolah coding gratis, Binar Academy, ditemui disela gelaran Habibie Festival 2017 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (11/8/2017). (ANTARA News/ Arindra Meodia)

Jakarta (antarasulteng.com) - Adalah Alamanda Shantika Santoso pencipta aplikasi Gojek yang meninggalkan perusahaan teknologi jasa angkutan Gojek demi mendirikan sekolah.

Perempuan kelahiran Jakarta 29 tahun lalu itu kini tak lagi mengusung warna hijau yang identik dengan aplikasi ojek online tersebut, melainkan warna ungu yang menjadi ciri khas Binar Academy.

"Keluar dari Gojek yang merupakan first unicorn startup, saya banyak belajar di sana. Tapi mimpi saya adalah menjadi menteri pendidikan, untuk itu saya ingin membagikan mimpi saya ke orang lain," ujar Alamanda saat mengisi sebuah sesi diskusi dalam Habibie Festival 2017 di Jakarta, belum lama ini.

"Seperti di Gojek yang memiliki visi untuk membantu orang lain, yang bisa membahagiakan saya adalah kalau saya bisa berkontribusi kepada lingkungan," sambung dia.

Saat ditemui ANTARA News, perempuan berambut pendek yang akrab disapa Ala itu mengaku "berat" menjadi seorang founder sekaligus CEO.

"Kadang suka mikir, suka down, biasalah seorang founder, mikir kayak "aduh, akhir bulan bisa gajian enggak, bisa ngegaji orang enggak," kayak gitu-gitu," kata dia.

Namun, anak-anak didiknya di Binar Academy yang mengalami kemajuan dan mulai berkembang, menjadi penyemangat dirinya.

Memilih angkat kaki dari Gojek memang bukan keputusan yang mudah. Mengaku memiliki pandangan yang berbeda, Ala membulatkan tekad untuk undur diri dari Gojek.

"I was a disrupter," begitu dia menyebut dirinya dulu.

Sukses membesarkan nama Gojek, membuat dia menyadari bahwa dia telah "membunuh" aplikasi lain yang memiliki model bisnis serupa.

"Tanpa aku sadari Food Panda mati karena kompetisi, ternyata aku menyakiti banyak orang, di saat Food Panda mati banyak banget yang di-lay off, enggak sadar banyak banget menyakiti orang," ujar Ala.

"Sekarang pemandangan aku, view-nya adalah aku mau men-disrupt para disrupters, enggak ada yang namanya kompetisi justru kita harus berkolaborasi," lanjut dia.

Mengusung tagline "spirit of collaboration and learning," Binar Academy menawarkan sekolah gratis selama 2,5 bulan untuk mereka yang tertarik mempelajari coding dan progamming.

Dia ingin membawa pendidikan teknologi lebih tinggi lagi, di samping e-commerce, fintech dan medical tech yang lebih "dilihat orang". 

"Sedangkan kita enggak bisa menciptakan fintech-fintech itu kalau manusianya enggak teredukasi," ujar Ala.


(Pendiri dan Ketua Gerakan Berkarya!Indonesia, Ilham Akbar Habibie, memberikan Plakat berkarya Indonesia kepada founder Binar Academy, Alamanda Shantika, usai menjadi speaker acara diskusi "Women In Tech : Perempuan diantara Budaya, Teknologi, dan Inovasi" dalam gelaran Bekraf Habibie Festival 2017 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (11/8/2017). (ANTARA News/ Arindra Meodia))


Tertarik pada teknologi

Perempuan yang lahir pada 12 Mei 1988 itu mengaku tertarik pada ranah teknologi sejak usia 11 tahun.

"Dikasih komputer bukannya dinyalain dulu, tapi saya bongkar dulu, sampai motherboard terkecil tahu," kata Ala.

"Saya suka art juga, suka menggambar," sambung dia.

Saat itu, alumnus Ilmu Komputer Universitas Bina Nusantara ini menyadari bahwa dia harus belajar coding, sementara pada waktu itu sumber literatur mengenai pembelajaran bahasa pemograman tersebut di Indonesia masih sangat sedikit.

"Ada sepupu saya yang lama tinggal di London mengajari coding," ujar  Ala.

Sebelum bergabung dengan Gojek, Ala bekerja di dunia perbankan. Dia mengaku sempat bingung ketika bos Gojek Nadiem Makarim "melamar" dia untuk ikut serta membesarkan Gojek.

Dia mengatakan, kekhawatiran untuk terjun ke dunia startup juga dirasakan ibundanya kala itu.

"Waktu itu sudah enak banget. Kemudian, ibu saya ajak ke rumah Gojek yang sudah mau ambruk. Ibu sempat tanya. 'Beneran kamu mau ngurusin tukang ojek?'", kenang Ala.

Ala bahkan mengaku sempat ingin menolak "pinangan" Nadiem. Namun, Nadiem meyakinkan Ala dengan perkataannya yang masih dia ingat hingga saat ini, "Di Gojek bukan menghidupi diri sendiri, tapi ratusan ribu orang di sana yang membutuhkan."

Perempuan berkacamata itu akhirnya bergabung dengan Gojek. "Untungnya keluarga sangat open-minded," kata Ala.

"Setelah Gojek berjalan satu tahun Ibu WhatsApp, "we are proud of you"," lanjut dia.

Prinsip inilah yang kemudian dia bawa ke Binar Academy. "Bukan yang penting dapat gaji, tapi ada tujuan saat melangkah ke kantor," ujar Ala.

Pesan ini juga yang ingin dia sampaikan Ala kepada anak-anak muda generasi Y. "Kamu (Gen Y) harus benar-benar tahu alasan kamu melakukan sesuatu, selalu awali dengan "why?", dan yakin sama diri kamu sendiri."