Hujan mengguyur, pembukaan Festival Pesona Palu Nomoni tetap meriah

id FPPN

Hujan mengguyur, pembukaan Festival Pesona Palu Nomoni tetap meriah

Sejumlah murid TK mengikuti pawai menggunakan pakaian adat dalam karnaval budaya di Anjungan Nusantara Pantai Teluk Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (11/9), memeriahkan Festival Pesona Palu Nomoni II (Antarasulteng.com/Mohamad Hamzah)

Delegasi Kerajaan Pahang, Malaysia, mempersembahkan tari Lenggang, tarian khas etnis Melayu
Palu (Antarasulteng.com) - Meskipun hujan yang lumayan deras mengguyur Kota Palu, namun pembukaan Pekan Budaya Indonesia (PBI) III dan Festival Pesona Palu Nomoni (FPPN) II di Anjungan Nusantara, Teluk Palu, Sulawesi Tengah, Jumat malam, tetap berlangsung meriah dan dipadati ribuan pengunjung.

Pembukaan diawali dengan pertunjukan kolaborasi musik etnik Nusantara "Sangu Patuju", berupa alunan musik tradisional dan modern paduan kulintang, kendang, suling serta "drum" dari Gilang Ramadhan mengiringi nyanyian tradisional Suku Kaili dan tarian campuran etnik di Palu, termasuk pertunjukan barongsai.

Acara ini juga dimeriahkan dengan pertunjukan kembang api yang juga bisa disaksikan masyarakat di luar panggung di sepanjang Teluk Palu.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud Hilmar Farid menyebutkan bahwa ide awal kegiatan ini adalah keinginan menghidupkan ekosistem kebudayaan di daerah-daerah.

"Di Palu ini ada Festival Pesona Palu Nomoni yang cukup besar dalam penyelenggaraannya. Selain itu juga bertepatan dengan ulang tahun Kota Palu," kata Hilmar Farid.

Pekan Budaya Indonesia (PBI) 2017, ujar dia, merupakan bentuk komitmen dari Direktorat Jenderal Kebudayaan untuk meningkatkan sekaligus memperkuat kebudayaan di penjuru Indonesia.

Wali Kota Palu Hidayat berharap Pekan Budaya Indonesia (PBI) III sekaligus kegiatan Pesona Palu Nomoni  ini bisa menghasilkan sesuatu terkait revitalisasi nilai-nilai kebudayaan bangsa yang bisa dihadirkan di tengah masyarakat.

Pada dialog nasional yang juga akan digelar pada PBI ini rencananya akan dihadiri banyak pihak seperti tokoh-tokoh adat se-Indonesia, raja-raja keraton Nusantara, termasuk organisasi keagamaan.

"Harapannya adalah bagaimana membina lagi nilai toleransi, kekeluargaan, serta kegotong-royongan dalam kehidupan berbangsa. Kami harapkan rembug nasional ini bisa menghasilkan deklarasi tentang nilai-nilai budaya bangsa," ujar Hidayat.

Pada penyelenggaraannya tahun ini, PBI bersinergi bersama Pemerintah Kota Palu, melalui kegiatan Palu Nomoni yang bertemakan 'Dari Palu Untuk Indonesia Berbudaya dan Beradat.

Kegiatan ini dilaksanakan hingga 27 September 2017, bertempat di sepanjang Pesisir Teluk Palu yang panjangnya sekitar 7,2 km dengan di kelilingi perbukitan.

Kegiatan ini akan menampilkan berbagai kegiatan, antara lain pertunjukan ritual adat, pameran-pameran, lomba perahu layar tradisional, pertunjukan seni dan budaya di Kampung Kaili, panggung budaya-budaya di Indonesia, gelar kuliner tradisional, hingga pertunjukan musik kontemporer.     

Palu Nomoni mengungkap kearifan budaya masa lalu yang ratusan tahun telah tenggelam dan diangkat kembali, dibalut dalam kemasan atraksi seni pertunjukan dengan nilai-nilai kebudayaan masa lalu.

"Nomoni" yang artinya berbunyi atau bergema itu diusung sebagai semangat untuk menggaungkan ragam kebudayaan Etnis Kaili di Lembah Palu kepada dunia.

Hadir pula Kapolda Sulteng Brigjen Pol Rudi Sufahriadi dan delegasi dari Kerajaan Pahang Malaysia, Chairul Nizam bin Abdul Hamid, dengan mempersembahkan tarian Melayu khasnya, Tari Lenggang.