Permintaan Bawang Goreng Tinggi Di Dubai-Hongkong

id bawang, goreng

Permintaan Bawang Goreng Tinggi Di Dubai-Hongkong

Seorang pekerja tengah menggoreng bawang di industri pembuatan bawang goreng "Sri Rezeki" di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (7/10). Bawang goreng khas Sulawesi Tengah itu dijual dengan harga Rp230 ribu per kilogram. (FOTO ANTARASulteng/Mohamad Hamzah)

Palu,  (antarasulteng.com) - Permintaan bawang goreng khas Kota Palu saat ini tertinggi di Hongkong dan Dubai namun tidak dapat dipenuhi karena terbatasnya bahan baku.

"Waktu saya ikut pameran di Dubai tahun 2015, permintaan di sana sebanyak 12 ton per bulan dan di Hongkong 24 ton," kata pemilik UKM Raja Bawang Prayitno di sela-sela pembukaan Pameran Teknologi Tepat Guna (TTG) Nasional di Palu, Selasa sore.

UKM Raja Bawang adalah salah satu UKM yang sudah mengantongi standar mutu ISO 9001 dari Badan Standarisasi Nasional (BSN) khusus produk bawang goreng.

UKM yang dirintis sejak 2003 tersebut ikut dipamerkan oleh BSN di arena TTG di bekas lokasi STQ Nasional di Palu dengan menyajikan berbagai produk unggulannya.

Prayitno mengatakan produk bawang goreng miliknya sudah dikirim ke sejumlah negara seperti Dubai, Belanda dan Hongkong karena standar mutunya sudah dijamin dan konsumen terlindungi.

"Kalau belum memiliki standar mutu, produk kita sulit menembus pasar internasional. Alhamdulillah bawang goreng Raja Bawang, walaupun pengirimannya masih melalui Jakarta tetapi sudah tembus ke sejumlah negara," katanya.

Ke tiga negara itu, UKM Raja Bawang baru bisa mengirim masing-masing 100 kilogram per bulan karena permintaan pasar dalam negeri juga masih sangat tinggi.

Menurut Paryitno, dirinya pernah mengajak investor Dubai untuk menanamkan sahamnya di Kota Palu khusus industri bawang goreng, namun sampai saat ini belum dapat terwujud.

"Terus terang kita kesulitan bahan baku," katanya.

Saat ini Raja Bawang baru bisa memproduksi enam ton per bulan karena didukung budidaya pertanian bawang dari lembah Palu dan Kabupaten Sigi.

Untuk kepastian bahan baku, dirinya mendapat pasokan dari lima kelompok tani yang tersebar di Kota Palu seperti Taipa, Pengawu dan Tavanjuka. Sementara dari Sigi dipasok dari Desa Oloboju dan sekitarnya serta dari Donggala dari Desa Labuan.

Prayitno mengatakan dirinya melengkapi standar mutu ISO karena permintaan semakin banyak dan dirinya berharap segera mendapat sertifkat SNI dari BSN sehingga produk bawang goreng khas Kota Palu itu bisa dipasarkan ke seluruh dunia.

Pada pameran TTG Nasional di Palu, UKM Raja Bawang didampingi BSN dengan memamerkan sejumlah produknya seperti bawang goreng, bubuk jahe merah dan belakangan Raja Bawang mengembangkan kopi khas lokal Tarayaku.

Selain memamerkan produk, BSN juga ikut memamerkan proses produksi yang berlangsung di indutri milik pria asal Jawa Timur tersebut. (skd)