Perajin Rotan Keluhkan Pemasaran Kepada Menko Perekonomian

id rotan

Perajin Rotan Keluhkan Pemasaran Kepada Menko Perekonomian

Seorang pekerja menyelesaikan mebel rotan pesanan konsumen di sentra industri Rotan Palunesia di Tondo, Mantikulore, Palu. Sejumlah industri rotan di Palu kesulitan berkembang karena sulitnya mendapatkan modal usaha. (Foto : ANTARA/Basri Marzuki)

Oleh Rolex Malaha



Palu, 27/9 (Antara) - Para perajin rotan di Kota Palu mengeluhkan masalah pemasaran hasil-hasil karya mereka kepada Menko Perekonomian Darmin Nasution saat menteri mengunjungi tempat usaha mereka di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pantoloan Palu.

"Kami kesulitan pemasaran Pak !" ujar seorang perempuan perajin rotan ketika Gubernur Sulteng Longki Djanggola mempersilakan para perajin untuk bertanya kepada Menko Perekonomian.

Sementara itu Syafri yang merupakan koordinator para perajin yang dihadirkan di KEK Palu dalam rangka peresmian KEK tersebut, membenarkan pengakuan temannya dan menambahkan bahwa selain pemasaran, perajin juga masih kesulitan modal.

Syafri menyebutkan bahwa selama ini mereka hanya mengandalkan pasar lokal saja sehingga omzetnya terlalu minim, padahal hasil karya mereka sudah berkualitas internasional.

"Kalau ke luar daerah, pasar andalan kami hanya di Bali," ujarnya.

Menko Perekonomian yang sedang berkunjung di lokasi Pusat Inovasi Rotan Nasional (PIRNas) dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu itu mengatakan bahwa pemerintah daerah harus membantu perajin untuk mencarikan perusahaan yang akan menjadi pengumpul untuk di kirim ke luar daerah atau ekspor.

"Kalau cari pengumpul harus yang berbentuk perusahaan supaya lebih terjamin dan bukan sekadar makelar," ucapnya.

Ia berharap, dengan diresmikannya KEK Palu dan investor makin banyak yang masuk menanam modal di dalam KEK, pemasaran hasil kerajinan rotan ini akan lebih terbuka.

Karena, kata menteri, tugas badan pengelola KEK tidak hanya melayani kebutuhan-kebutuhan investor dalam menanam modal, tetapi juga mencari pasar bagi produk-produk yang dihasilkan di dalam KEK, seperti produk kerajinan rotan yang dihasilkan PIR Nasional ini.

Terkait permodalan, kata mantan Gubernur Bank Indonesia itu, perajin rotan ini bisa memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) berbunga rendah (9 persen/tahun), karena rotan merupakan salah satu komoditas strategis yang bisa dibiayai dengan KUR.

"Tahun depan, bunga KUR kita rencanakan akan diturunkan lagi menjadi 7 persen dan fokus KUR akan diarahkan untuk lebih besar diserap oleh pelaku usaha di sektor produksi, bukan perdagangan," ujarnya.

Menko Perekonomian Damrin Nasution mengapresiasi PIRNas Palu yang dibiayai Kementerian Perindustrian tersebut karena telah berhasil menciptakan desain-desain rotan yang menarik dan inovatif serta disukai di pasar mebel rotan dunia.

Sebelum mengunjungi ruang pameran (showroom) hasil industri rotan di dalam kawasan KEK Palu, Menko Perekonomian meresmikan beroperasi KEK Palu, sebagai KEK pertama dari 11 KEK yang sedang dikembangkan pemerintah.(skd)