Harga Beras Masih Di Bawah HET

id beras, het

Harga Beras Masih Di Bawah HET

Ilustrasi--beras. ( ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

Palu,  (antarasulteng.com) - Harga eceran beras di sejumlah pasar tradisional di Kota Palu, Sulawesi Tengah, masih jauh dari ketentuan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan Kementerian Perdagangan dan berlaku sejak 1 September 2017.

Pantauan Antara di tiga pasar tradisional yaitu Masomba, Bambaru dan Manonda Palu, Jumat, harga beras dijual pedagang di kawasan itu berkisar antara Rp9.000 s/d Rp9.300/kg untuk beras medium sedangkan beras premium (kualitas terbaik) dijual rata-rata Rp11.000/kg.

Kecuali di pasar modern (toko swalayan), harga beras premium mencapai Rp12.000/kg.

Sementara ketentuan HET Kementerian Perdagangan adalah beras medium Rp9.450/kg sedangkan yang premium Rp12.800/kg.

Sejumlah pedagang mengaku belum mengetahui adanya ketentuan HET beras yang ditetapkan pemerintah dan sudah diberlakukan 1 Seotember.

"Terus terang saya belum pernah dengar itu," kata Ny Rutmiati, seorang pedagang beras di Pasar Manonda.

Hal senada juga disampaikan Rifai, seorang pedagang beras di kawasan Pasar Masomba Palu Selatan.

"Ya mungkin karena belum ada sosialisasi dari pemerintah di daerah ini sehingga HET beras yang ditetapkan Menteri Perdagangan tersebut belum banyak diketahui pedagang, termasuk dirinya," kata dia.

Namun, menurut dia, HET akan menjadi patokan pedagang dalam menjual beras kepada masyarakat.

"HET itu bagus, dan pelaku usaha harus mengikutinya," katanya.

Tetapi, pihak berwenang juga mengikutinya dengan mengadakan pengawasan agar para pelaku usaha tidak mengabaikan kebijakan pemerintah pusat terkait penetapan HET komoditi beras.

Rais, salah seorang distributor beras menyambut positif dan berjanji menjual sesuai HET yang berlaku.

Ia mengatakan meski HET sudah ditetapkan pemerintah sesuai kondisi daerah, tetapi khusus di Kota Palu, harga beras baik medium maupun premium rata-rata di bawah HET.

Menurut dia, selama ini komoditi beras hampir tidak pernah mengalami gejolak harga karena Sulteng termasuk daerah penghasil beras.

Sulteng sejak 1984 sudah swasembada beras dan selama ini telah menopang kebutuhan beras masyarakat di sejumlah provinsi tetangga seperti Gorontalo dan Sulut.

Bahkan, beras produksi petani Sulteng juga dikirim ke Maluku untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu. (skd)