Petani Kakao Sigi Gembira Melihat Hasil Panen

id kakao

Petani Kakao Sigi  Gembira Melihat Hasil Panen

Petani menjemur kakao (antaranews)

Sigi,   (antarasulteng.com) - Para petani kakao di Kabupaten Sigi kembali gembira melihat hasil produksi komoditi perkebunan itu pada musim panen kali ini yang meningkat dibandingkan sebelumnya.

Yan (28), seorang petani di Desa Kamarora, Kecamatan Nokilalaki, Kabupaten Sigi, Senin mengatakan sangat senang karena rata-rata pohon kakao lebat buahnya.

Dia mengaku pada musim panen sebelumnya, petani sedikit kecewa karena buah kakao sangatlah kurang.

Tetapi panen kali ini, petani tampak cukup bahagia, sebab hasil panen meningkat.

Ia mengatakan hasil panen dijual kepada para pedagang pengumpul yang datang langsung membeli ke petani.

Petani cukup menunggu saja di kebun atau rumah. Pedagang dari Kota Palu datang langsung membeli biji kakao hasil panen petani yang sudah dikeringkan itu.

Harga biji kakao kering di tingkat petani sekarang ini berkisar Rp22.000/kg. "Ya harganya cukup lumayan," kata dia.

Hal senada juga disampaikan Edy, petani di Kecamatan Palolo. Ia membenarkan petani di wilayah itu sedang melakukan panen buah kakao.

Buah kakao kali ini cukup bagus dibandingkan sebelumnya dan petani tampak sangat bergembira. Pada panen sebelumnya, rata-rata petani di Kecamatan Palolo dan Nokilalaki kurang bergitu bergaira, karena buah kakao sangat kurang.

Sementara kebanyakan petani di dua kecamatan itu selama ini sangat bergantung pada hasil perkebunan dan pertanian. Kalau hasil pertaniannya tidak menguntungkan, paling tidak dapat ditopang dari hasil perkebunan kakao dan kopi.

Begitu pula sebaliknya, jika hasil perkebunan tidak mengembirakan, maka ada hasil pertanian berupa padi sawah bisa menopang keuangan petani.

Sementara harga biji kakao kering di pasaran Kota Palu saat ini berkisar Rp24.000/kg.

Saban hari para pedagang berbagai jenis komoditi hasil bumi yang ada di Kota Palu terlihat ramai melakukan transaksi pembelian kakao petani yang datang menjual hasil panen mereka.

Petani kakao dari daerah-daerah yang dekat dengan Kota Palu seperti Sigi, Parigi Moutong dan Donggala rata-rata menjualnya ke pedagang pengumpul yang ada di Ibu Kota Provinsi Sulteng karena harganya tentu jauh lebih tinggi dibandingkan menjual langsung ke pedagang di wilayah masing-masing.

Pada era 90an s/d 2011, komoditi perkebunan, khususnya kakao merupakan penyumbang devisa terbesar di Provinsi Sulteng. Namun selama kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, ekspor kakao menurun.

Berikutnya, harga komoditi perkebunan lain seperti kopra pembelian pedagang pengumpul di Palu rata-rata Rp11.500/kg dan cengkih Rp105.000/kg. (skd)