Kemenkeu: Realisasi Subsidi Energi Rp174,8 Triliun

id kemenkeu, energi, BBM

Kemenkeu: Realisasi Subsidi Energi Rp174,8 Triliun

Ilustrasi (ANTARA)

Angka ini lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp127,4 triliun atau 65 persen dari pagu anggaran Rp195,3 triliun," katanya
Jakarta -  Direktur Jenderal Perbendaharaan Negara Kementerian Keuangan Agus Suprijanto mengatakan, realisasi belanja subsidi energi hingga awal Oktober mencapai Rp174,8 triliun atau 86,4 persen dari pagu APBN-Perubahan 2012 sebesar Rp202,5 triliun.

"Angka ini lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp127,4 triliun atau 65 persen dari pagu anggaran Rp195,3 triliun," katanya di Jakarta, Selasa malam.

Menurut dia, subsidi energi yang telah dikeluarkan pemerintah telah melebihi penerimaan negara bukan pajak dari sektor migas yang baru tercatat mencapai Rp105,2 triliun atau 53 persen dari target sebesar Rp198,3 triliun.

Agus menyatakan realisasi belanja subsidi yang tinggi pada 5 Oktober 2012 ini dapat menyebabkan total realisasi belanja negara secara keseluruhan pada akhir tahun mencapai 99 persen.

Saat ini, menurut dia, total realisasi belanja negara baru mencapai mencapai Rp999,3 triliun atau 64,5 persen dari pagu anggaran yang telah ditetapkan sebesar Rp1.548,3 triliun.

"Untuk total realisasi belanja negara secara keseluruhan itu bisa mencapai 98 persen-99 persen, terdorong salah satunya oleh belanja subsidi," ujarnya.

Sebelumnya, pada rapat Badan Anggaran, pemerintah mengajukan tambahan subsidi energi senilai Rp103,5 triliun, sehingga total subsidi BBM dan listrik diperkirakan mencapai Rp305,9 triliun pada akhir tahun.

Menurut pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Bambang Brodjonegoro, subsidi yang mencapai Rp305,9 triliun itu akan terdiri dari subsidi BBM Rp216,7 triliun dan subsidi listrik Rp89,1 triliun.

Ia menjelaskan peningkatan subsidi energi didorong oleh meningkatnya volume BBM bersubsidi dari 40 juta kiloliter menjadi 43,5 juta-44,04 juta kiloliter, kenaikan harga ICP dari asumsi 105 dolar AS per barel menjadi sekitar 110 dolar AS per barel.

Kemudian melemahnya rata-rata nilai tukar rupiah dari asumsi Rp9.000 per dolar AS menjadi Rp9.250 per dolar AS dan terlambatnya commercial operation date (COD) pembangkit listrik tenaga uap serta kurang optimalnya pemenuhan gas untuk PLTG.

Saat ini, subsidi BBM dalam APBN-Perubahan 2012 ditetapkan sebesar Rp137,5 triliun dan subsidi listrik sebesar Rp65 triliun.(S034/SKD)