Lebih Mengenal Sigi Melalui Ekspedisi NKRI

id ekspedisi

Lebih Mengenal Sigi Melalui Ekspedisi NKRI

Tim Ekspedisi NKRI 2013 Koridor Sulawesi yang bertugas di Kabupaten Sigi saat tuba di Bandara Mutiara Palu, beberapa waktu lalu. (FOTO ANTARA/Basri Marzuki)

Sudah saatnya Sigi membangun dan meninggalkan bentrok,"
Sore itu, sebanyak 55 orang memanggul tas ransel turun dari pesawat Hercules di Bandara Mutiara di Kota Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah.

Puluhan orang yang sebagian besar berseragam TNI, tergabung dalam Tim Ekspedisi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 2013 Koridor Sulawesi yang akan menjelajahi Kabupaten Sigi selama empat bulan sejak pertengahan Maret 2013.

Tim itu sebenarnya bagian dari tim penjelajah yang bekerja di sembilan kabupaten di Pulau Sulawesi. Sigi termasuk salah satunya.

Tim ekspedisi subkorwil Kabupaten Sigi ini terdiri dari TNI, Polri, mahasiswa dan masyarakat termasuk wartawan.

Mereka akan melakukan penjelajahan, penelitian, komunikasi sosial dan berbagai kegiatan lainnya di sembilan kecamatan di Kabupaten Sigi yakni yakni Dolo Barat, Dolo Selatan, Kulawi, Kulawi Selatan, Pipikoro, Gumbasa, Palolo, Lindu dan Nokilalaki.

Selama sekitar satu pekan puluhan anggota tim itu menerima pembekalan dari Danrem 132/Tadulako Kolonel (Inf) Marga Taufiq, Danrem 1306/Donggala Letkol (CZI) Rudi Wahjudiono, dan sejumlah pejabat lainnya di Markas Komando Taktis di Kecamatan Marawola.

Tema Ekspedisi NKRI 2013 ini adalah "Lestarikan Alam Dalam Rangka Mendukung Pembangunan Berkelanjutan Demi Kesejahteraan Rakyat".

Pemimpin tim Ekspedisi Kolonel Infanteri Saleh Mustafa mengatakan tujuan kegiatan itu adalah mendata dan meneliti segala potensi kekayaan alam di hutan, gunung dan pegunungan.

Ada pula kegiatan yang bertujuan untuk memberikan keteladanan kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan melalui program "Green, Clean, dan Healthy".

"Dan terutama sekali adalah untuk membantu mengatasi kesulitan masyarakat yang ada di daerah ini," kata Saleh.

Hasil penelitian tersebut akan dijadikan buku yang akan menjadi masukan kepada pemerintah untuk menentukan kebijakan pembangunan.


Keragaman hayati


Tim ekspedisi yang di dalamnya juga terdapat dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan meneliti keanekaragaman hayati di Kabupaten Sigi.

Keanekaragaman hayati yang berada di kawasan Taman Nasional Lore Lindu merupakan habitat mamalia asli terbesar di Sulawesi seperti anoa, babirusa, rusa, kera hantu, kera kakaktonkea, kuskus marsupial dan musang sulawesi.

Di taman seluas sekitar 200 ribu hektare juga terdapat paling sedikit lima jenis bajing, 30-an tikus endemik, 55 jenis kelelawar, 230 jenis burung termasuk maleo dan burung rongkong yang terkenal.

Selain itu ada pula ribuan serangga dan kupu-kupu unik berwarna-warni dapat dilihat di taman ini.

"Mungkin saja ada temuan spesies baru yang belum terdata. Dan ini akan menjadi penemuan berharga," kata Saleh.

Tentara akan akan mengawal para peneliti itu yang akan keluar masuk hutan.

Selain itu, tim ekspedisi juga berupaya memetakan daerah rawan bencana di Kabupaten Sigi.

Proses pemetaan daerah rawan bencana itu akan dibantu oleh tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sigi.

Tim itu akan menunjukkan secara umum daerah rawan bencana kemudian akan dipetakan bersama-sama.

Sejumlah daerah di Sigi saat ini rawan terjadinya bencana tanah longsor, banjir, gempa bumi, dan angin puting beliung sehingga harus diwaspadai seperti di Kecamatan Kulawi, Lindu, Gumbasa dan Dolo.

Menurutnya, kalau daerah tersebut bisa dipetakan dengan baik maka korban jiwa maupun materi dapat dikurangi.



Tim pemandu



Untuk memuluskan perjalanan tim ekspedisi, Pemerintah Kabupaten Sigi menyiapkan sebanyak 37 pemandu untuk mendampingi menelusuri setiap pelosok daerah yang dituju

Bupati Sigi Aswadin Randalembah mengatakan pemandu tersebut bertugas untuk memudahkan tim ekspedisi dalam melakukan berbagai kegiatan.

Tim pemandu itu berasal dari berbagai instansi termasuk warga lokal.

Menurutnya, kondisi Kabupaten Sigi yang berbukit-bukit bisa menyulitkan tim ekspedisi saat menjelajahi medan.

"Kita hanya membantu, layaknya pemandu wisata. Jangan sampai tersesat," katanya.

Aswadin berharap hasil perjalanan tim ekspedisi itu bisa menjadi acuan pemerintah untuk melakukan pembangunan di segala bidang dan memajukan Kabupaten Sigi.

Sigi adalah daerah pemekaran dari Kabupaten Donggala sejak pertengahan 2008.

Hingga saat in derah berpenduduk sekitar 220 ribu jiwa ini terus membangun agar bisa sejajar dengan kabupaten lainnya di Provinsi Sulawesi Tengah.

Sementara asyik-asyiknya membangun, kabupaten dihadapkan sejumlah masalah sosial yakni tawuran antarwarga yang kerap terjadi di sejumlah desa.

Hampir tiap akhir pekan bentrok antarwarga terjadi karena dipicu masalah sepele oleh segelintir orang mabuk.

Tim Ekspedisi NKRI 2013 Koridor Sulawesi saat ini bermarkas di Kecamatan Marawola yang dianggap sebagai daerah rawan tawuran antarwarga. Adanya markas tersebut diharapkan juga bisa mengurangi intensitas tawuran.

"Sudah saatnya Sigi membangun dan meninggalkan bentrok," kata Aswadin.

Tim ekspedisi diharapkan bisa lebih mengenalkan Kabupaten Sigi secara positif seperti kekayaan alam dan aneka kebudayaan kepada masyarakat luar, bukannya bentrok antarwarga.