Kenaikan Harga Cabai Karena Stok Kurang

id cabe, cabai

Kenaikan Harga Cabai Karena Stok Kurang

Cabe (FOTO ANTARA/M Agung Rajasa)

Para pedagang memilih menjual cabai keluar Sulteng karena harganya lebih menguntungkan."
Palu (antarasulteng.com) - Kenaikan harga cabai di pasaran Kota Palu, Sulawesi Tengah, dalam beberapa hari terakhir ini disebabkan stok yang tersedia semakin berkurang sementara permintaan masyarakat meningkat.

Kepala Seksi Usaha dan Sarana Perdagangan Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan Sulteng Rudi Zurkanain, Selasa, mengatakan bahwa stok di pasar berkurang karena produksi petani turun.

Ia mengatakan banyak pedagang yang mengantarpulaukan berbagai komoditas hortikultura berupa buah-buahan, sayuran dan juga cabai keluar wilayah Sulteng seperti Balikpapan dan Samarinda di Kalimantan Timur, serta Gorontalo dan Manado.

Para pedagang memilih menjual keluar karena memang harganya lebih menguntungkan mereka, katanya.

Sebagai contoh, kata Rudi, harga cabai di Samarinda dan Balikpapan dalam kondisi normal mencapai Rp50 ribu per kilogram. Sementara di Palu harga dalam kondisi normal hanya sekitar Rp20 ribu per kilogram.

Begitu pula tomat, di Balikpapan harganya Rp10 ribu per kilogram saat kondisi normal, sedangkan di Palu hanya Rp3.000,00 per kilogram.

Tingginya harga membuat para pedagang memilih menjual hasil panen petani keluar daerah dari pada menjual ke pasar-pasar yang ada di Kota Palu.

Menurut dia, ini yang menyebabkan harga cabai di Palu terus bergerak naik dan kini sudah mencapai Rp60 ribu per kilogram.

Tetapi harga akan kembali turun jika stok cabai di pasar sudah tersedia dalam jumlah memadai.

Suban (47), seorang petani cabai di Desa Jono Oge, Kecamatan Biromaru mengatakan produksi pada panen kali ini menurun karena banyak petani yang memilih tidak menanam sebab kesulitan air.

Selama ini air menjadi masalah utama yang dihadapi para petani di kecamatan itu karena sangat tergantung pada irigasi yang ada.

Sementara sejak beberapa bulan ini, irigasi Gumbasa yang menjadi sumber utama untuk kebutuhan tanaman hortikultura di Kecamatan Biromaru tidak lancar. (BK03)