Petani Sigi Kembali Tanam Bawang Dan Cabai

id cabai, bawang, tanam

Petani Sigi Kembali Tanam Bawang Dan Cabai

Illustrasi - Seorang nelayans edang memanen bawang merah di kebunnya. (ANTARA)

Palu,  (antarasulteng.com) - Para petani di sejumlah desa di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, kembali menanam bawang merah dan cabai setelah pemerintah selesai memperbaiki jaringan irigasi di daerah itu.

"Irigasi sudah kembali normal sehingga petani bisa lagi mengolah areal sawah dan lahan untuk pengembangan hortikultura," kata Ny Melda, seorang petani di Dusun Bolupountu, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Rabu.

Ia mengatakan petani di sejumlah desa di Kecamatan Biromaru dan Dolo selama ini sangat bergantung mendapatkan air untuk sawah dan lahan hortikultura seperti bawang merah , tomat, cabai,terong, bayam, kangkung dan sawi dari irigasi Gumbasa.

Selama satu kali musim tanam, petani tidak berani menanam padi sawah dan sayur-mayur karena irigasi tidak berfungsi.

Sementara tanaman-tanaman tersebut sangat membutuhkan air yang memadai.

"Tetapi sudah berlangsung tiga pekan terakhir ini irigasi sudah kembali normal dan petani sudah bisa mengolah sawah dan lahan untuk budidaya komoditi hortikultura," katanya.

Hal senada juga disampaikan Jono, seorang petani di Desa Sidera. Ia mengatakan petani di desa itu kini sudah bisa mengolah sawah mereka karena irigasi sudah berjalan normal.

Ia mengaku selama irigasi ditutup, petani hanya menanam tanaman jagung yang tidak banyak membutuhkan air.

Tetapi sejak irigasi sudah kembali normal, petani mulai menanam padi sawah.

Kecamatan Dolo dan Biromaru selama ini merupakan wilayah sentra padi sawah dan juga penghasil tanaman hortikultura khususnya sayur-mayur.

Sebagian besar hasil panen petani selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Sigi, juga dipasarkan ke Palu dan Kaltim.

Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Sulteng Muchlis Labanu membenarkan petani di sejumlah desa di Kabupaten Sigi sudah bisa kembali menanam padi dan sayur-mayur.

"Kalau beberapa bulan sebelumnya petani tidak dapat mengolah karena kesulitan air,tetapi sekarang ini sudah bisa," katanya.

Ia juga mengaku bahwa selama ini petani mengandalkan pasokan air dari Irigasi Gumbasa.

Kalau jaringan irigasi rusak atau ditutup karena ada perbaikan, maka dipastikan petani tidak bisa mengolah sawah maupun menanam sayur-mayur. (SKD)