Petani Enggan Tanam Kedelai Karena Harga Murah

id kedelai

Petani Enggan Tanam Kedelai Karena Harga Murah

Seorang petani sedang panen kedelai (ANTARANews)

...beberapa tahun silam masih banyak petani yang menanam kedelai, tetapi sekarang ini semakin berkurang.
Palu,  (antarasulteng.com) - Sejumlah petani Kabupaten Sigi dan Poso, Sulawesi Tengah, mengatakan mereka enggan untuk mengembangkan kedelai secara besar-besaran karena harga komoditas pangan itu di pasaran relatif murah dibandingkan lainnya.

Suban, salah seorang petani di Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi mengatakan, Rabu beberapa tahun silam masih banyak petani yang menanam kedelai, tetapi sekarang ini semakin berkurang.

Masalahnya harga kedelai lokal di pasaran setempat terbilang murah dibandingkan kedelai dari luar, termasuk impor.

Karena harganya murah, banyak petani tidak lagi menanam kedelai. Mereka lebih memilih menanam komoditas cabai, terong, tomat dan bawang merah yang harganya jauh lebih mahal.

Selain harga murah, para pengusaha tahu dan tempe di Kota Palu selama ini banyak menggunakan kadelai impor dibandingkan produksi petani lokal.

Memang harus diakui, kualitas kedelai impor lebih unggul sehingga para pengusaha tahu dan tempe lebih memilih menggunakan sebagai bahan baku utama makanan.

Menurut dia, pemerintah perlu menetapkan standar harga kedelai, supaya petani bergairah mengembangkan tanaman kedelai dan juga tentu meningkatkan produktivitas produksi.

"Kalau tidak ada standar harga, saya pikir sulit bagi petani untuk gencar mengembangkan kedelai apalagi dalam jumlah banyak," katanya.

Ia menyambut positif rencana pemerintah pusat untuk menetapkan standar harga pembelian pemerintah (HPP) komiditas kedelai.

Hal senada juga disampaikan Rumi, petani asal Desa Rompo,Kabupaten Poso.

Ia mengatakan di wilayah itu hanya sedikit petani yang menanam kedelai, padahal kondisi tanahnya sangat cocok.

Justru di Dataran Napu, termasuk di Desa Rompo petani lebih tertarik menanam sayur-mayur seperti tomat, cabai, kubis, daun bawang, bawang merah, kentang dan wortel karena harganya bagus.

"Kalaupun ada petani yang menanam kedelai, jumlah sedikit dan luas areal terbatas," katanya.

 Karena itu, mereka menyambut gembira kebijakan pemerintah yang akan segera menetapkan HPP dana tata niaga kedelai yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Indonesia diharapkan mencapai swasembada kedelai pada 2014. "Itu bisa dicapai, kalau pemerintah menetapkan standar harga sehingga petani di daerah-daerah, termasuk Sulteng lebih bergairah lagi," kata Suban dan Rumi.

Harga kedelai impor di Palu saat ini mencapai Rp8.500,00 per kilogram. Sementara harga kedelai produksi petani lokal hanya berkisar Rp5.000,00 sampai Rp6.000,00 per kilogram. (SKD)