Petani Sulteng Sambut Gembira Tata Niaga Kedelai

id KEDELAI

Petani Sulteng Sambut Gembira Tata Niaga Kedelai

Seorang petani sedang panen kedelai (ANTARANews)

Itu bagus karena ketika harga jatuh, maka petani tidak perlu khawatir sebab Bulog dipastikan akan membeli sesuai harga yang ditetapkan pemerintah," katanya.
Palu (antarasulteng.com) - Sejumlah petani di Sulawesi Tengah menyambut baik rencana pemerintah yang akan segera mengatur tata niaga kedelai yang selama ini diserahkan kepada mekanisme pasar.

"Kami berharap kebijakan pemerintah itu bisa mengangkat kesejahteraan petani," kata Sebastian, salah seorang ketua kelompok tani di Kabupaten Poso, Kamis.

Ia mengatakan bahwa selama ini para petani menanam kedelai dalam jumlah terbatas tidak seperti tanaman lain seperti jagung dan beras yang pengembangannya dilakukan secara besar-besaran karena harganya cukup bagus.

Petani yang menanam kedelai di Kabupaten Poso sangat kurang dibandingkan tanaman lain karena memang mereka menanam hanya sekadar saja, katanya.

"Itu terjadi karena harga komoditas tersebut terlalu murah di pasaran," katanya.

Hal senada juga disampaikan Supriyadi, seorang petani di Kabupaten Sigi. Ia mengatakan bahwa terakhir kali menanam kedelai pada tahun 2009.

"Sejak 2010 hingga sekarang ini (2013), ia tidak pernah lagi menanam kedelai karena harga murah. Harga kedelai lokal di pasaran hanya berkisar Rp5.000,00 per kilogram," katanya.

Sementara itu, harga komoditas lain seperti beras, bawang merah dan cabai di pasaran cukup mahal. Misalkan harga beras kualitas terbaik di pasaran saat ini berkisar Rp9.000 sampai Rp10.000 per kilogram, bawang merah Rp40 ribu per kilogram dan cabai Rp30 ribu per kilogram.

Otomatis petani lebih memilih menanam komoditas-komoditas itu ketimbang kedelai yang harganya murah dan juga pangsa pasarnya lebih besar industri tahu dan tempe, katanya.

Di satu sisi industri tahu dan tempe di daerah ini masih kurang, tidak seperti di kota-kota lain di Pulau Jawa, katanya dan menambahkan bahwa kebanyakan industri makanan lebih memilih menggunakan kedelai impor, meski harga cukup mahal, tetapi kualitasnya harus diakui lebih bagus.

"Jelas mereka lebih pilih gunakan kedelai impor ketimbang lokal," katanya.

Supriyadi juga menyambut positif kebijakan pemerintah yang akan mengatur kembali tata niaga kedelai supaya harga jual terjamin stabil dan menguntungkan petani.

Menurut dia, pemerintah perlu menetapkan standar harga kedelai seperti halnya pada gabah dan beras yang kini ditangani oleh Perum Bulog.

"Itu bagus karena ketika harga jatuh, maka petani tidak perlu khawatir sebab Bulog dipastikan akan membeli sesuai harga yang ditetapkan pemerintah," katanya.

Para petani berharap pemerintah dalam menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) kedelai tidak merugikan petani. Artinya harga yang layak sehingga petani kembali bergairah menanam kedelai sama seperti komoditas-komoditas pangan lainnya. (BK03)